BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya, bahasa tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, bahasa memiliki peranan penting bagi
manusia, dengan bahasa manusia mampu mengekspresikan sebagian pikiran,
perasaan, harapan, gagasan, dan pendapat kepada sesama, hal tersebut sesuai dengan
fungsi bahasa itu sendiri yakni sebagai alat berinteraksi atau komunikasi, baik
lisan maupun tertulis.
Fungsi bahasa tersebut sudah mencakup
lima fungsi dasar bahasa yang menurut Kinneavy disebut expression, information, exploration, persuation, dan entertainment (Michel, 1967: 51 dalam
Chaer dan Agustina, 2004: 15).
Selain fungsi di atas, (Jakobson, 1960;
Finnociaro, 1974; dan Halliday, 1973 dalam Chaer, 2004: 16) juga menyatakan
bahwa dengan bahasa manusia dapat menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan
perasaan persahabatan atau solidaritas sosial.
Jadi, tidak dapat disangkal lagi bahwa
bahasa merupakan kebutuhan pokok manusia. Dengan bahasa manusia saling memahami
dan mengetahui konsep pikiran, isi hati, perasaan susah, senang, serta melalui bahasa
pula manusia saling mengungkapkan pengalaman jiwa masing-masing.
Selanjutnya, agar proses komunikasi
dapat berjalan lancar sesuai keinginan pengguna bahasa dan terhindar dari salah
tafsiran, maka hal yang harus diperhatikan oleh pemakai bahasa itu sendiri
ialah penguasaan makna kata. Dengan menguasai makna kata, suatu kegiatan
komunikasi akan berjalan lancar dan mudah dipahami.
Sehubungan dengan penguasaan makna kata
tersebut, tentunya tidak terlepas dari penguasaan kosakata (perbendaharaan
kata), karena penguasaan kosakata merupakan langkah awal dalam memahami makna
kata. Semakin banyak kosakata (perbendaharaan kata) yang dikuasai seseorang,
maka semakin mudah pula orang tersebut menentukan kata-kata yang tepat dalam
kegiatan berkomunikasi serta akan semakin minim dari resiko salah tafsiran.
Kata dikatakan baik apabila memenuhi
syarat; (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat); (2) benar (sesuai
dengan kaidah kebahasaan); dan (3) lazim pemakiannya (Sugono, 2006:41).
Ketepatan dalam memilih kata akan memperlancar proses komunikasi, baik lisan
maupun tertulis.
Permasalahan selanjutnya ialah bahasa
bersifat dinamis, dimana sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan kata, hal
tersebut disebabkan adanya perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama
yang muncul dengan makna baru, bahkan perubahan-perubahan itu terjadi karena
berbagai alasan sosial dan politis (Chaer, 2007:54). Dengan terjadinya
perubahan tersebut, mengakibatkan terjadinya perubahan makna, baik perubahan
yang sifatnya meluas, menyempit, maupun perubahan total (Chaer dan Agustina,
2004:141).
Karena seringnya terjadi perubahan makna
kata yang disebabkan oleh berbagai situasi dalam memahami suatu kalimat bahasa
Indonesia, dalam komunikasi lisan maupun tertulis, maka diperlukan kepekaan dan
cara berpikir kritis. Yang dimaksud “kepekaan” di sini adalah hal yang mudah
bergerak, kesanggupan bereaksi terhadap suatu keadaan (Depdiknas, 2005:843).
Sedangkan “berpikir kritis” adalah kemampuan atau kejelian menentukan makna
yang mengalami perubahan dan yang belum berubah.
Jadi, memahami perubahan makna merupakan
hal yang tidak mudah. Tetapi apabila dialami, kepekaan dan cara berpikir kritis
sangat diperlukan, tanpa kepekaan dan cara berpikir kritis, pemahaman terhadap
proses perubahan makna kata bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun
tertulis, antara pembaca dan penulis, pendengar dan pembicara tidak searah
lagi.
Berawal dari kerangka perpikir di atas,
maka penelitian ini membahas masalah; (1) kemampuan memahami perubahan makna
meluas; (2) kemampuan memahami
perubahan makna menyempit; (3) kemampuan memahami perubahan makna meninggi; (4)
kemampuan memahami perubahan
makna menurun;
dan (5) kemampuan memahami perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua
indera (sinestesia).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan masalah, yaitu bagaimanakah kemampuan memahami perubahan makna
kata bahasa Indonesia pada siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala Kecamatan
Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan memahami perubahan makna
kata bahasa Indonesia pada siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala Kecamatan
Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.4
Manfaat
Penelitian
1. Untuk menambah wawasan peneliti dan pembaca
dalam memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia.
2. Menambah bahan bacaan bagi pembaca,
khususnya guru bahasa Indonesia MTs Darussalam Batunyala Kecamatan Praya Tengah
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai perubahan makna
pernah diteliti sebelumnya oleh Dra. Fauziah, MA, NIP. 131882283 dengan judul
karya ilmiah “Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia dari Bahasa
Arab” dosen Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra Medan tahun 2006.
Penelitian ini menitikberatkan pada
perubahan makna leksikal kata kerja bahasa Indonesia dari bahasa Arab, yang
mana dipaparkan bahwa hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
dengan satuan bahasa lain yang berupa kata atau prasa (leksem), dapat
dinyatakan dalam perubahan makna.
Perubahan makna tersebut meliputi makna
yang tetap (pengekalan makna), makna yang berubah (perubahan makna), makna yang
menyempit (penyempitan makna), makna yang meluas (perluasan makna) dan makna
yang menghilang (penghilangan makna). Sedangkan kata kerja yang berasal dari
bahasa Arab dalam bahasa Indonesia hanya mengalami tiga perubahan makna yaitu
pengekalan makna, penyempitan makna, dan penghilangan makna.
Terjadinya perubahan makna tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu; perkembangan dalam bidang ilmu dan
teknologi, perkembangan sosial budaya, perkembangan pemakaian kata, pertukaran
tanggapan indra, dan adanya asosiasi.
Penelitian tentang perubahan makna, juga
diteliti oleh Nurul Imtihan Novalista, NIM. 10711.1620 dengan judul “Kemampuan
Memahami Perubahan Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII MTs Darul Ihsan Lelong Kelebuh
Praya Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010”
mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram
Tahun 2010. Penelitian ini
difokuskan pada kemampuan siswa untuk memahami perubahan makna
kata dalam
bahasa Indonesia yang mengalami empat macam perubahan, yaitu generalisasi, spesialisasi, ameliorasi, dan peyorasi.
Dari hasil
penelitian yang dilakukan, kemampuan siswa dalam memahami perubahan makna dalam
bahasa Indonesia pada MTs Darul Ihsan Lelong Kelebuh Praya Tengah kelas VII
dikategorikan memiliki kemampuan normal, dengan nilai rata-rata siswa 57,7.
2.2 Konsep Dasar
2.2.1 Kemampuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan (Depdiknas, 2008:909).
Jadi, yang dimaksud dengan kemampuan
dalam penelitian ini adalah kecakapan atau kesanggupan dalam memahami perubahan
makna kata bahasa Indonesia pada siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala
Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.2.2 Memahami
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
memahami adalah mengeti benar (akan); mengetahui benar; memaklumi; mengetahui
(Depdiknas, 2005: 811).
Jadi, memahami adalah mengerti benar
atau mengetahui benar akan perubahan makna kata bahasa Indonesia.
2.2.3 Perubahan makna kata
2.2.3.1
Pengertian perubahan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perubahan adalah (1) hal
(keadaan) berubah; (2) peralihan; pertukaran (Depdiknas, 2008:1577).
Sedangkan perubahan yang dimaksud dalam penelitian ini, yang merupakan ciri dan
sifat bahasa yang dipaparkan oleh Kridalaksana dalam Chaer (2007:33), bahwa
yang merupakan hakikat dan ciri bahasa adalah bahasa itu bersifat dinamis,
dengan sifat kedinamisan tersebut bahasa terus berkembang sesuai dengan
perkembangan manusia. Perkembangan bahasa ditandai dengan semakin bertambahnya
kosakata yang hadir di masyarakat pada setiap saat. Pertumbuhan kosakata akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan makna. Perkembangan makna ini juga
mengalami perubahan yang sesuai dengan kebutuhan. Tentang terjadinya perubahan
makna tersebut, (Chaer dan Agustina, 2004:141), menyatakan bahwa.
Secara
sinkronis, makna sebuah kata memang tidak akan mengalami perubahan, tetapi
secara diakronis ada kemungkinan bisa berubah. Maksudnya, kalau pada suatu
waktu dulu suatu kata bermakna ‘A’, misalnya, maka pada waktu sekarang bisa
bermakna ‘B’, dan pada suatu waktu kelak mungkin bermakna ‘C’ atau bermakna
‘D’. Adapun perubahan makna yang dimaksud adalah perubahan yang sifatnya
meluas, menyempit, menghalus, mengasar, dan perubahan yang sifatnya total.
Jadi, seiring dengan
tumbuh dan berkembangnya bahasa, maka makna suatu kata dapat mengalami
perubahan, artinya dalam konteks kalimat tertentu, sebuah kata memiliki makna
yang berbeda dengan makna aslinya.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan contoh
perubahan makna yang bersifat perluasan makna, misalnya kata saudara, bapak,
ibu, dahulu kata tersebut digunakan untuk menyebut orang yang memiliki
pertalian darah dengan kita, tetapi sekarang kata saudara, bapak, ibu, telah
meluas maknanya. Meskipun tidak ada hubungan atau pertalian darah dangan kita.
Contoh: (a) Ibu camat sudah ibadah haji; (b) Saudara-saudara yang saya hormati.
2.2.3.2 Makna kata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
makna adalah; pertama, arti; seperti
dalam kalimat “ia memperhatikan makna yang terdapat dalam tulisan kuno itu”, kedua, maksud pembicara atau penulis;
dan ketiga, pengertian yang diberikan
kepada suatu bentuk kebahasaan (Depdiknas, 2005:703). Sedangkan Saussure dalam
Chaer (2007:287) mengatakan bahwa makna adalah pengertian atau konsep yang
dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik. Selanjutnya Kushartanti
(2005:114), menyatakan bahwa makna yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa
yang melambangkannya.
Pengertian makna di atas, tidak jauh
berbeda dari batasan Keraf (2007:25) tentang makna, bahwa makna kata dapat
dibatasi sebagai hubungan antarbentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya
(referennya).
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa makna adalah hubungan antarbentuk dan barang yang diwakilinya. Misalnya
kata “rumah” adalah bentuk, sedangkan
barang yang diwakili oleh kata “rumah”
tersebut adalah bermakna sebagai bangunan yang beratap, berpintu, berjendela,
yang menjadi tempat tinggal manusia. Konsep makna tersebut dapat digambarkan
dengan segitiga sebagai berikut.
(b) Konsep/makna (referens) (reference)
|
(a)
Kata/leksem
|
(c) suatu
yang ditunjuk (referen)
|
Garis putus-putus menunjukkan bahwa
hubungan antara kata dan dunia luar yang ditunjuk tidak langsung (Chaer,
1995:30).
Selanjutnya, kata adalah kesatuan
kumpulan fonem atau huruf yang terkecil yang mengandung pengertian (Alisyahbana
dalam Putrayasa, 2008: 44). Sedangkan menurut Chaer (2007:163), kata adalah
satuan bebas terkecil (a minimal free
form).
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan makna
kata dalam penelitian ini adalah terjadinya perubahan arti atau maksud suatu
kata bahasa Indonesia setelah berada dalam kalimat, sebab Chaer (2007:295)
menyatakan bahwa setiap kata memiliki
makna, baik makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual. Namun dalam
penggunaannya, makna kata itu baru menjadi jelas apabila kata itu sudah berada
dalam konteks kalimat atau situasinya.
2.2.3.3 Proses terjadinya perubahan makna kata
Secara sinkronis, makna sebuah kata
memang tidak akan mengalami perubahan, tetapi secara diakronis ada kemungkinan
bisa berubah, sebagaimana yang dikatakan Meilet dalam Sudaryat (2006:54-55) “A language is change this continous way
from one generation to another” perubahan bahasa karena perjalanan waktu
dapat terjadi dalam bentuk maupun maknanya.
Jadi, terjadinya perubahan makna
tersebut karena pemakaian dari masa ke masa dan bisa juga terjadi karena
penggunaan dalam suatu masa. Oleh karena itu, untuk menjaga pilihan kata agar
selalu tepat, setiap penutur harus
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi.
Untuk lebih jelasnya, makna
kata dalam perkembangannya mengalami perubahan. Terjadinya perubahan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ialah; (1) perkembangan ilmu dan
teknologi; (2) sosial dan budaya; (3) perbedaan bidang pemakaian; (4) adanya
asosiasi; (5) pertukaran tanggapan indera; (6) perbedaan tanggapan; (7) adanya
penyingkatan; (8) proses gramatikal; (9) pengembangan istilah. Perubahan tersebut
ada yang sifatnya meluas, menyempit atau mengkhusus, menghalus, mengasar, dan
bersifat total atau berubah sama sekali dari makna semula (Hayat, 2004:34).
Dari uraian di atas, maka terjadinya
perubahan makna kata tidak hanya
disebabkan oleh berbagai macam situasi, tetapi juga dipengaruhi oleh zaman.
2.2.3.4
Macam-macam perubahan makna kata
Adapun macam-macam perubahan makna kata, sebagai berikut.
1. Meluas,
yaitu kata yang sekarang lebih luas maknanya dari kata yang dahulu.
2. Menyempit,
yaitu kata yang semula maknanya luas namun kini maknanya menyempit.
3. Meninggi,
yaitu makna kata yang baru nilai katanya lebih baik atau lebih tinggi dari
makna sebelumnya.
4. Menurun,
yaitu makna kata yang sebelumnya dianggap/ dirasakan tinggi atau baik, kini
dianggap lebih rendah.
5. Pertukaran tanggapan indra (sinestesia), yaitu perubahan makna kata
akibat pertukaran tanggapan dua indra yang berbeda (Hayat, 2004:34-35).
2.2.4 Mata pelajaran bahasa Indonesia
2.2.4.1 Pengertian mata
pelajaran bahasa Indonesia
Mata pelajaran
bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia (Subroto dan Herawati,
2006:4.5).
2.2.4.2
Fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia
Fungsi mata pelajaran bahasa
Indonesia, sebagai berikut.
(1) Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan
bangsa.
(2) Sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
(3) Sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
(4) Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa
Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah.
(5) Sarana pengembangan penalaran, dan
(6) Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia
melalui khazanah kesusasteraan Indonesia (Depdiknas,
2003:6).
2.2.4.3 Tujuan pengajaran
bahasa Indonesia
Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran bahasa Indonesia
mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk mencapai tingkat kualifikasi unggul.
2. Menerapkan kompetensi berbahasa
Indonesia secara baik dan benar pada mata pelajaran lainnya.
3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
secara efisien dan efektif, baik lisan maupun tertulis.
4. Meningkatkan kemampuan memanfaatkan
berbahasa Indonesia untuk bekerja (Siswasih, 2008: iv).
Dalam kurikulum 2004 tertera tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia secara umum, sebagai berikut.
1.
Siswa
menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan bahasa negara.
2. Siswa memahami
bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
3. Siswa memiliki
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.
4. Siswa memiliki
disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).
5. Siswa mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6. Siswa menghargai
dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia (Depdiknas, 2003:7).
Dalam
kurikulum pendidikan dasar 1994, terdapat tiga macam tujuan mata pelajaran
bahasa Indonesia, yaitu; (1) tujuan umum; (2) tujuan khusus; dan (3) tujuan
kelas (Mulyati, 2007: 3.3)
1. Tujuan Umum
1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa Negara;
2. Siswa memahami bahasa Indonesia dari
segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif,
untuk berbagai macam tujuan, keperluan, dan keadaan;
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan
emosional, dan kematangan sosial;
4. Siswa memiliki disiplin dalam
berpikir dan berbahasa;
5. Siswa mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan,
dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan berbahasa.
2. Tujuan Khusus
Tujuan
khusus pengajaran bahasa Indonesia adalah tujuan yang hendak dicapai di setiap
jenjang pendidikan yang rumusannya mengacu pada kemampuan/keterampilan
berbahasa siswa.
Adapun
tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia mencakup tiga segi kemampuan, yaitu;
(1) kebahasaan; (2) pemahaman; dan (3) penggunaan.
3. Tujuan Kelas
Tujuan
kelas merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran bahasa Indonesia
untuk setiap kelas.
2.2.4.3
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia
Ruang
lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi penguasaan kebahasaan,
kemampuan memahami, mengapresiasi sastra, dan kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia (Subroto dan Herawati, 2006: 4.5).
Penguasaan
kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasi sastra, dan kemampuan menggunakan
bahasa Indonesia merupakan kemampuan terpadu yang harus dimiliki siswa, sebab
pengajaran bahasa Indonesia adalam pengajaran keterampilan berbahasa, baik
keterampilan reseptif maupun produktif. Tata bahasa, kosakata, dan sastra
disajikan dalam konteks (Suparno, 1993:2 dalam Mulyati, 2007: 3.6).
Dari uraian di atas, maka ruang lingkup
mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan;
2. Berbicara;
3. Membaca;
4. Menulis.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif yakni prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini,
1994:73 dalam Mahyar, 2007:6).
Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan metode analisis kuantitatif, yakni pemecahan masalah yang
dinyatakan dengan angka (lihat Arikunto, 2010:282). Metode penelitian tersebut
peneliti gunakan karena sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan yakni
mendeskripsikan kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia pada
siswa Kelas VII MTs Darussalam Batunyala Kecamatan Praya Tengah Kabupaten
Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang
menjadi subjek penelitian kita dalam suatu ruang lingkup (lihat Margono,
2000:118). Sedangkan, Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.
Selanjutnya, (Nawawi, 1983:141 dalam
Margono, 2000:118), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik manusia, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa yang
dapat dijadikan sumber data.
Jadi, populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala Kecamatan Praya Tengah
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang
siswa.
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Metode observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian (Margono, 1997:158). Sedangkan (Arikunto, 2010:199), menyatakan:
...dalam
pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan,
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Jadi, metode observasi dalam penelitian
ini adalah metode pengumpulan data menggunakan panca indra dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian, sekaligus
membandingkan data atau keterangan yang diperoleh dengan kenyataan yang ada
untuk mendapatkan data tentang kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa
Indonesia pada siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala Kecamatan Praya Tengah
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.2.2 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi, yaitu cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan
lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2000: 181).
Selanjutnya Arikunto (2010:274), menyatakan bahwa metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dari data tertulis,
sehingga apabila terjadi kekeliruan, maka dengan mudah akan diperbaiki dari
sumber data aslinya. Jadi, pengumpulan data dengan menggunakan metode
dokumentasi, yang diamati bukanlah benda hidup, tetapi benda mati.
3.2.3
Metode tes
Metode tes adalah seperangkat
rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono,
2000:170). Sedangkan Arikunto (2010:266), menyatakan bahwa.
...untuk
mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti,
digunakan tes.
Dengan demikian, untuk memperoleh data
yang valid tentang kemampuan memahami
perubahan makna kata, baik
generalisasi; spesialisasi; ameliorasi; peyorasi; maupun sinestesia; bahasa
Indonesia siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala Kecamatan Praya Tengah
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013, penelitian ini menggunakan
metode tes.
Adapun langkah-langkah atau strategi
peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1.
Memberikan soal yang berkaitan
dengan kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia secara
keseluruhan
2.
Alokasi waktu disediakan 2 x 45
menit.
3.
Setiap siswa ditekankan untuk
menggunakan pola sesuai dengan yang dianjurkan dalam tata bahasa Indonesia.
3.3 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data yang masih bersifat mentah, sehingga perlu dianalisis lebih lanjut
untuk memperoleh data yang valid.
Menyikapi hal tersebut, metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu
menggambarkan secara rinci data yang diperoleh tanpa direduksi ke dalam
ukuran-ukuran pengangkaan. Pengolahan data dengan deskriptif
kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Seleksi Data
Seleksi data dimaksudkan untuk menentukan
keabsahan sebuah data. Data dikatakan sah apabila memenuhi kriteria yang
ditentukan, yaitu terhadap nama siswa jawaban ditulis dengan petunjuk
mengerjakan soal.
b.
Rumusan yang digunakan
1.
Menentukan skor maksimal
Skor maksimal ditentukan dengan
memperhitungkan jumlah butir soal setiap aspek. Adapun langkah-langkah
menentukan skor maksimal dalam penelitian ini, sebagai berikut.
a.
Aspek kemampuan memahami perubahan
makna meluas dengan jumlah soal 10 butir dengan skor maksimal 10.
b.
Aspek kemampuan memahami perubahan
makna menyempit dengan jumlah soal 10 butir dengan skor maksimal10.
c.
Aspek kemampuan memahami perubahan
makna meninggi dengan jumlah soal 10 butir dengan skor maksimal 10.
d.
Kemampuan memahami perubahan makna
menurun dengan jumlah soal 10 butir dengan skor maksimal 10.
e.
Kemampuan memahami perubahan makna
akibat pertukaran tanggapan indra dengan jumlah soal 10 butir dengan skor 10.
2.
Menentukan Standar deviasi (SDi).
Untuk tes tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
SDi =
Keterangan:
Mi = Angka
rata-rata ideal, dimana untuk mencari
nilai Mi digunakan rumus :
SMi = Skor
Maksimal Ideal (Nurkancana, 1983:80 dalam Imtihan, 2010: 17).
3.
Menentukan Indeks Prestasi
Kelompok
Indeks prestasi kelompok (IPK) dapat
dihitung dengan membagi nilai rata-rata dengan nilai maksimal yang mungkin dicapai
dalam tes tersebut, kemudian mengalikan hasil bagi ini dengan seratus. Atau
dapat dirumuskan sebagai berikut.
IPK =
Keterangan:
IPK = Indeks Prestasi Kelompok
M = Mean atau nilai rata-rata
SMI = Skor maksimal ideal, artinya skor yang
dicapai kalau semua soal dapat dijawab dengan benar.
4.
Konversi Nilai
0 - 57 Nilai
Kualitatifnya E
58 – 65 Nilai Kualitatifnya D
66 – 73 Nilai Kualitatifnya C
74 – 82 Nilai Kualitatifnya B
83 – 100 Nilai Kualitatifnya A
Keterangan:
A.
Sangat baik
B.
Baik
C.
Cukup
D.
Kurang
E.
Sangat Kurang (Nurkencana, 1983:107
dalam Imtihan, 2010:18).
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1
Gambaran Umum
Daerah Penelitian
4.1.1
Sejarah berdirinya MTs Darussalam Batunyala
MTs Darussalam Batunyala didirikan pada
tanggal 01 Juli 1985 dengan nomor piagam pendirian sekolah Wx, 85. 285.
Ts/2/92; Nomor Induk Sekolah 20123020 (lama); 121252020176 (baru) dengan status
terakreditasi B tahun 2008; terletak di Dusun Batunyala II Desa Batunyala
Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Berdirinya MTs Darussalam Batunyala,
berawal dari terjadinya konflik partai politik antara partai Nahdlatul Wathan
(NW) dan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1971 pada Pondok Pesantren (Ponpes)
Nurul Huda yang dirikan oleh TGH. Muhammad Saleh (Almarhum) Dusun Enem Desa
Batunyala pada tahun 1962, terletak di Dusun Jomang Desa Batunyala Kecamatan Praya
Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Pondok Pesantren Nurul Huda merupakan
satu-satunya Madrasah di Desa Batunyala pada masa itu. Kegiatan proses belajar
mengajar berjalan lancar dan maju pesat meskipun bersifat sederhana.
Dengan terjadinya konflik partai
politik tersebut, Pondok pesantren Nurul Huda terpecah menjadi dua kubu partai
politik, yaitu partai Nahdlatul Wathan (NW) dan Nahdlatul Ulama (NU). Dengan
adanya dua kubu partai politik tersebut berpengaruh terhadap Pondok Pesantren
sendiri, akhirnya terjadi perpecahan dimana kubu Nahdlatul Wathan (NW)
dipindahtempatkan ke Dusun Enem Desa Batunyala Kecamatan Praya Tengah Kabupaten
Lombok Tengah dengan nama Pondok Pesantren Nurussabah yang dipimpin oleh TGH.
Muhammad Saleh sendiri. Kegiatan proses berlajar mengajar berjalan sampai
sekarang yang dipimpin oleh TGH. Syamsul Hadi, Lc.
Sedangkan kubu Nahdlatul Ulama (NU)
sendiri dibawa ke Dusun Peresak Desa Batunyala Kecamatan Praya Tengah Kabupaten
Lombok Tengah (tanpa nama) yang pada waktu itu dipimpin oleh Ustaz Busyairi.
Setelah dua tahun lamanya berjalan di
Dusun peresak, dengan inisiatif tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat
bekerjasama dengan masyarakat sepakat membangun Madrasah di sebuah tanah wakaf
milik H. Muhammad Suhaimi yang terletak di Dusun Batunyala II Desa Batunyala
Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah, madrasah tersebut dengan nama
Pondok Pesantren Darurat. Sehingga kegiatan proses belajar mengajar yang
berjalan di Dusun Peresak dipindahkan ke Pondok Pesanten Darurat yang terletak
di Dusun Batunyala II dengan kepala madrasah Ustadz Busyairi. Tetapi pada masa
itu yang ada hanyalah pendidikan tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Akibat ketatnya persaingan di dunia
pendidikan antara MI dan SD, akhirnya pada tanggal 01 Juli 1985 MI dirubah
menjadi MTs. Perubahan juga terjadi pada nama madrasah yang dulunya bernama Madrasah
Darurat menjadi Madrasah Darussalam Batunyala, yang dikepalai oleh Ustadz
Safarul Chaer.
Tahun 2005 terjadi lagi pergantian
kepala madrasah, Ustadz Safarul Chaer diganti oleh Ustadz Syafi’i Husni, QH.
Inovasi dan perubahan-perubahan terus diadakan, baik di bidang sumber daya,
pengajaran dan pembelajaran, sarana prasarana, sistem pengajaran, tata tertib
sekolah dan lainnya, sehingga secara bertahap terlihat siswa MTs Darussalam
Batunyala terus mengalami peningkatan.
Tahun 2009, terjadi lagi konflik antara
kepala Madrasah dengan Ketua Yayasan. Konflik tersebut disebabkan karena kepala
MTs Darussalam Batunyala mendirikan sebuah Madrasah dengan nama Darul Anshor
yang terletak di Dusun Pegading Desa Batunyala Kecamatan Praya Tengah dan ingin
membawa surat ijin operasional dan seluruh siswa MTs Darussalam Batunyala.
Konflik tersebut memuncak sehingga
berpengaruh terhadap perkembangan madrasah dan siswa sendiri, sehingga
melibatkan pejabat pemerintah. Siswa yang berjumlah 103 orang hanya tersisa 3
orang siswa, habis dipindahkan oleh kepala MTs (M. Syafi’i Husni, QH).
Konflik tersebut berakhir dengan
penandatanganan surat perdamaian dengan keputusan surat ijin operasional atas
nama MTs Darussalam Batunyala tidak dapat dibawa, tetapi akan diusahakan agar
terbit surat ijin operasional bagi madrasah Darul Anshor dan meubelair dibagi
dua.
Konflik tersebut membuat MTs Darussalam
Batunyala bagaikan Madrasah yang baru dibangun. Dengan dipimpin Ustadz
Salamuddin, S.PdI selaku kepala madrasah bersama dewan guru, MTs Darussalam
Batunyala mulai lagi dari nol, inovasi dan perubahan-perubahan kembali ditata,
sehingga sedikit demi sedikit tampak terjadi kemajuan.
(Wawancara dengan ketua yayasan H. Moh.
Suhaimi tanggal 05 Oktober 2012).
4.1.2 Letak geografis MTs Darussalam Batunyala
MTs Darussalam Batunyala berlokasi di
wilayah Dusun Batunyala II Desa Batunyala Kecamatan Praya Tengah Kabupaten
Lombok Tengah dengan batas lokasi sebagai berikut.
Sebelah
utara : Berbatasan dengan Desa Beraim
Sebelah
timur : Berbatasan dengan Desa Kelebuh
Sebelah
selatan : Berbatasan dengan Desa Lajut
Sebelah
barat : Berbatasan dengan Kelurahan Sasake
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Berdasarkan dokumentasi lapor bulan
September 2012, Gedung MTs Darussalam Batunyala dibangun di atas tanah seluas
10.000 M2, dengan kondisi fisik gedung permanen, dengan rincian
sebagai berikut.
Tabel 01
Keadaan Sarana Gedung MTs
Darussalam Batunyala
No
|
Jenis
Ruangan
|
Jumlah
|
Kondisi
|
Ket.
|
||
Baik
|
Rusak
ringan
|
Rusak
Berat
|
||||
1
|
Gedung Sekolah
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
2
|
Ruang kelas
|
3
|
3
|
-
|
-
|
|
3
|
Ruang perpustakaan
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
4
|
Laboratorium
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
Ruang guru
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
6
|
Ruang tata usaha
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
7
|
Mushalla
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
8
|
Gudang
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
9
|
WC guru
|
1
|
1
|
-
|
-
|
|
10
|
WC murid
|
2
|
1
|
1
|
-
|
|
Sumber
data: MTs Darussalam Batunyala
Keadaan sarana pendidikan MTs
Darussalam Batunyala periode 2012/2013 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 02
Jumlah dan Kondisi Meubelair MTs Darussalam Batunyala
Jumlah dan Kondisi Meubelair MTs Darussalam Batunyala
No
|
Meubelair
Sekolah
|
Jumlah
|
Kondisi
|
||
Baik
|
Rusak
ringan
|
Rusak
Berat
|
|||
1
|
Meja siswa
|
100
|
90
|
6
|
4
|
2
|
Kursi siswa
|
50
|
50
|
-
|
-
|
3
|
Bangku siswa
|
17
|
15
|
2
|
-
|
4
|
Papan tulis
|
3
|
3
|
-
|
-
|
5
|
Meja guru
|
13
|
13
|
-
|
-
|
6
|
Kursi guru
|
26
|
26
|
-
|
-
|
7
|
Lemari guru
|
5
|
4
|
-
|
1
|
Sumber
Data: MTs Darussalam Batunyala
Tabel 03
Perlengkapan Olahraga
No
|
Perlengkapan
Olahraga
|
Jumlah
|
Kondisi
|
|
Baik
|
rusak
|
|||
1
|
Bola voli
|
2 buah
|
2
|
-
|
2
|
Bola kaki
|
3 buah
|
1
|
2
|
3
|
Bola takraw
|
1 buah
|
1
|
-
|
Sumber
data: MTs Darussalam Batunyala
Tabel 04
Perlengkapan
Administrasi/Tata Usaha
No
|
Perlengkapan
Tata Usaha
|
Jumlah
|
Kondisi
|
||
Baik
|
Rusak
Ringan
|
Rusak
Berat
|
|||
1
|
Mesin ketik
|
1 buah
|
-
|
1
|
-
|
2
|
Komputer
|
1 buah
|
1
|
-
|
-
|
3
|
Printer
|
1 buah
|
1
|
-
|
-
|
4
|
Kalkulator
|
2 buah
|
1
|
-
|
-
|
Sumber
data: MTs Darussalam Batunyala
4.1.4 Keadaan guru, tata usaha,
dan siswa MTs Darussalam Batunyala
1. Keadaan Guru
Keadaan guru atau tenaga pengajar di
MTs Darussalam Batunyala sebayak 19 orang dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 05
Keadaan Guru MTs Darussalam
Batunyala
No
|
Nama
Guru
|
Jabatan
|
Bidang
Studi
|
Ijazah
Terakhir
|
1
|
Salamuddin, S.PdI
|
Kepala Madrasah
|
Matematika
|
S1 STAIN
|
2
|
Mahmuddin, S.QH. S.IP
|
Wakamad
|
Al-Qur’an Hadits, B. Arab
|
S1 Gontor
|
3
|
Abu Nukman
|
Waka Humas
|
Muatan Lokal
|
Ma’had
|
4
|
Mukminah, S.Pd
|
Waka Kesiswaan
|
Biologi, Fisika
|
S1 IKIP
|
5
|
Mahyun, S.PdI
|
Waka Kurikulum
|
Fiqih
|
S1 STAIN
|
6
|
Salman Wadi
|
Guru
|
B. Indonesia
|
SMK 2 Prateng
|
7
|
Anhar, S.PdI
|
Guru
|
Al-Qur’an Hadits
|
S1 Univ. NW
|
8
|
Sandriani Eka Nursari, S.Pd
|
Guru
|
B. Indonesia
|
SI UMM
|
9
|
Mas’ud, S.PdI
|
Waka Sarana Prasarana
|
Fiqih
|
S1 Univ. NW
|
10
|
Muhamad Suhaili, S.Pd
|
Guru
|
PKn
|
S1 UMM
|
11
|
Nirmayanti, S.PdI
|
Guru
|
SKI
|
S1 Hamzanwadi
|
12
|
Rohanah, SE
|
Wali Kelas VIII
|
Ekonomi
|
S1 UNRAM
|
13
|
M. Zinnurain, S.PdI
|
Wali Kelas IX
|
B. Arab, Matematika
|
S1 IAIN
|
14
|
Saputro Adi Sujoyo, S.Pd
|
Wali Kelas VII
|
Geografi
|
S1 UMM
|
15
|
Zuria Arifin, S.Pd
|
Guru
|
Penjas
|
S1 IKIP
|
16
|
Siti Soleha, S.PdI
|
Guru
|
Aqidah Akhlak
|
S1 STAIN
|
17
|
Izazi, S.PdI
|
Guru
|
Sejarah
|
S1 IAIN
|
18
|
Dewi Indah Kurniawati, S.Pd
|
Guru
|
Bahasa Inggris
|
S1 IKIP
|
19
|
Laela Hanun, A.Md
|
Guru
|
TIK
|
D3 Amikom
|
Sumber data: MTs Darussalam Batunyala
2. Keadaan Tata
Usaha dan Pegawai
Keadaan Tata Usaha (TU) dan pegawai di
MTs Darussalam Batunyala sebanyak 4 orang dengan rincian sebagai berikut.
Tabel
06
Keadaan
Tata Usaha dan Pegawai MTs Darussalam Batunyala
No
|
Nama
|
Jabatan
|
Keterangan
|
1
|
Lina Budi Hartini
|
KTU
|
|
2
|
Marianto
|
Staf TU
|
|
3
|
Hendri Makrif
|
Pegawai perpustakaan
|
|
4
|
Akhirudin
|
Penjaga sekolah
|
|
Sumber data: MTs
Darussalam Batunyala
3. Keadaan Siswa
Jumlah siswa MTs Darussalam Batunyala
tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 77 siswa dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 07
Keadaan Siswa MTs Darussalam
Batunyala
No
|
Kelas
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Keterangan
|
|
Laki
|
Perempuan
|
||||
1
|
I
|
8
|
12
|
20
|
|
2
|
II
|
10
|
15
|
25
|
|
3
|
III
|
17
|
15
|
32
|
|
Sumber data: MTs Darussalam Batunyala
4.1.5 Struktur organisasi MTs Darussalam Batunyala
Demi
kelancaran proses belajar mengajar pada suatu lembaga pendidikan diperlukan
adanya suatu organisasi yang baik dan teratur. Organisasi tersebut merupakan
hal yang sangat penting dalam menunjang kemajuan proses belajar mengajar pada
sebuah lembaga pendidikan.
Oleh
karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di MTs
Darussalam Batunyala, kepala sekolah mengadakan perbaikan-perbaikan tatalaksana
kerja organisasi guna menunjang kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
dengan mengadakan pengembangan bakat dan kemampuan guru, siswa, serta karyawan
melalui struktur organisasi (Salamuddin, S.PdI. Wawancara tanggal 05 Oktober
2012).
Jadi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di MTs Darussalam Batunyala sangat
dibutuhkan pemahaman terhadap bagaimana seharusnya pengorganisasian dan
penyelenggaraan administrasi pendidikan yang baik dan terarah.
Adapun
sturktur organisasi MTs Darussalam Batunyala, sebagai berikut.
Tabel 08
Stuktur
Organisasi MTs Darussalam Batunyala
Kepala Madrasah
Salamuddin, S.PdI
|
H. Muh. Ridwan
|
Kepala Tata Usaha
Lina Budi Hartini
|
Waka Humas
Abu Nukman
|
Waka Sarpras
Mas’ud, S.PdI
|
Waka kesiswaan
Mukminah, S.Pd
|
Waka Kurikulum
Mahyun, S.PdI
|
Guru
|
Siswa
|
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
|
Sumber data: MTs
Darussalam Batunyala
4.2
Penyajian
Data
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal
03 Oktober
sampai tanggal 03 Nopember 2012. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data yang
diperlukan dengan cara observasi, mengambil data-data (dokumentasi) yang
tersedia menjadi arsip serta dengan pemberian tes dalam bentuk tugas kepada
siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala.
Adapun
hasil tes dalam bentuk tugas yang diperoleh tentang kemampuan memahami
parubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa kelas VII MTs Darussalam
Batunyala tahun pelajaran 2012/2013, sebagai berukut.
Tabel 09
Hasil tes berupa tugas
tentang perubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa kelas VII MTs
Darussalam Batunyala tahun pelajaran 2012/2013
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Yang Dinilai
|
Skor mentah
|
Nilai
|
Jumlah
rata-rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||
1
|
Abdul Hafiz
|
10
|
5
|
5
|
8
|
9
|
37
|
74
|
7,4
|
2
|
Abd. Manan
|
10
|
10
|
8
|
10
|
5
|
43
|
86
|
8,6
|
3
|
Anhar
|
9
|
10
|
8
|
8
|
10
|
45
|
90
|
9
|
4
|
Azhari
|
10
|
10
|
10
|
10
|
8
|
48
|
96
|
9,6
|
5
|
Ari Pratama
|
9
|
9
|
4
|
7
|
2
|
31
|
62
|
6,2
|
6
|
Busyairi
|
10
|
10
|
5
|
8
|
9
|
42
|
84
|
8,4
|
7
|
Bq. Ayu N.
|
10
|
10
|
10
|
10
|
8
|
48
|
96
|
9,6
|
8
|
Ernawati
|
6
|
7
|
4
|
3
|
5
|
25
|
50
|
5
|
9
|
Endang Y.
|
10
|
10
|
8
|
9
|
6
|
43
|
86
|
8,6
|
10
|
Husnaini
|
7
|
5
|
4
|
2
|
4
|
22
|
44
|
4,4
|
11
|
Hendra K.
|
4
|
4
|
3
|
2
|
2
|
15
|
30
|
3
|
12
|
Herman
|
9
|
6
|
8
|
10
|
8
|
41
|
82
|
8,2
|
13
|
Heri Saputra
|
5
|
4
|
9
|
2
|
1
|
21
|
42
|
4,2
|
14
|
Junaidi
|
8
|
6
|
10
|
6
|
10
|
40
|
80
|
8
|
15
|
Karyawan
|
8
|
7
|
8
|
9
|
5
|
37
|
74
|
7,4
|
16
|
Kartika Y.
|
6
|
4
|
4
|
3
|
3
|
20
|
40
|
4
|
17
|
M. Syi’ar M.
|
8
|
5
|
3
|
2
|
8
|
26
|
52
|
5,2
|
18
|
M. Ihsan
|
5
|
4
|
6
|
5
|
3
|
23
|
46
|
4,6
|
19
|
M. Fikri
|
8
|
10
|
8
|
10
|
9
|
45
|
90
|
9
|
20
|
Miftahul Jannah
|
10
|
10
|
10
|
10
|
9
|
49
|
98
|
9,8
|
Jumlah
|
162
|
146
|
135
|
134
|
124
|
701
|
1402
|
140,2
|
|
Rata-rata
|
8,1
|
7,3
|
6,75
|
6,7
|
6,2
|
35,05
|
70,1
|
7,01
|
4.3 Analisis
Data
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan
bahwa nilai-nilai tersebut dihasilkan dari tes dalam bentuk tugas yang
diberikan kepada siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala.
Tes dalam bentuk tugas tersebut berupa
tes pilihan ganda dengan jumlah soal 50 butir dengan skor tiap soal 1 (satu)
apabila dijawab benar dan 0 (nol) apabila dijawab salah.
Soal-soal tersebut terdiri dari lima aspek penilaian,
masing-masing aspek terdiri atas 10 butir soal dengan skor maksimal 10 (sepuluh) tiap aspek soal.
Adapun kelima aspek soal tersebut, sebagi berikut.
1.
Aspek 1 : kemampuan memahami
perubahan makna meluas (generalisasi)
2.
Aspek 2 : kemampuan memahami
perubahan makna menyempit (spesialisasi)
3.
Aspek 3 : kemampuan memahami perubahan makna meninggi (ameliorasi)
4.
Aspek 4 : kemampuan memahami
perubahan makna menurun (peyorasi), dan
5.
Aspek 5 : kemampuan memahami
perubahan makna akibat tanggapan dua indra (sinestesia)
Selanjutnya,
dari jumlah nilai yang didapatkan dari tiap aspek soal tersebut digabungkan
menjadi satu sehingga dihasilkan skor mentah persiswa dan skor mentah semua
siswa. Skor mentah persiswa dihasilkan dari jumlah penggabungan jawaban benar
siswa dari kelima aspek soal. Sedangkan skor mentah semua siswa dihasilkan dari
penggabungan jumlah jawaban benar semua siswa dari kelima aspek soal tersebut.
Sedangkan
untuk memperoleh nilai seperti yang tertera dalam tabel nilai (nilai siswa) di
atas dengan rumus jumlah jawaban benar siswa dibagi jumlah soal dan dikalikan
100 atau dengan rumus sebagai berikut.
Jumlah jawaban benar
Jumlah soal
Nilai
rata-rata persiswa dihasilkan dari jumlah jawaban benar persiswa dari kelima
aspek soal dan dibagi kelima aspek soal tersebut. Begitu juga dengan nilai
rata-rata seluruh siswa dihasilkan dari penggabungan nilai seluruh siswa dibagi
dengan jumlah siswa, yaitu 20 siswa.
Setelah memperoleh nilai-nilai tersebut,
langkah selanjutnya ialah mengkonversi skor mentah tersebut ke dalam skor nilai
huruf A, B, C, D, dan E, dengan rumus sebagai berikut.
M + 1,5 SD = 35,05 + 1,5
(8,33) = 35,05 + 12,495 = 47,545
M + 0,5 SD = 35,05 + 0,5
(8,33) = 35,05 + 4,165 = 39,215
M – 0,5 SD = 35,05 – 0,5
(8,33) = 35,05 – 4,165 = 30,88
M – 1,5 SD = 35,05 – 1,5
(8,33) = 35,05 – 12,495 = 22,555
Dengan kriteria di atas, dapat dibuat
tabel konversi skor mentah kemampuan memahami perubahan makna kata dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia ke dalam nila A, B, C, D, dan E, sebagai berikut.
Tabel 10
Tabel standar konversi dari
skor mentah kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia ke dalam
nilai A, B, C, D, dan E
Skor
mentah
|
Nilai
|
Nilai
huruf
|
48 – 50
40 – 47
32 – 39
23 – 31
0 – 22
|
96-100
80-94
64-78
46-62
0-44
|
A
B
C
D
E
|
Mengacu pada tabel konversi di atas,
skor mentah dari hasil tes berupa tugas tentang kemampuan memahami perubahan
makna kata bahasa Indonesia masing-masing siswa pada tabel 09 di atas dapat
dikonversi menjadi nilai-nilai huruf pada tabel berikut.
Tabel 11
Hasil konversi dari skor
mentah kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII MTs Darussalam Batunyala TP. 2012/2013 ke dalam nilai A, B, C, D, dan
E
No
|
Nama Siswa
|
Skor mentah
|
Nilai
|
Nilai rata-rata
|
Nilai huruf
|
1
|
Abdul Hafiz
|
37/50
x 100
|
74
|
7,4
|
C
|
2
|
Abd. Manan
|
43/50
x 100
|
86
|
8,6
|
B
|
3
|
Anhar
|
45/50
x 100
|
90
|
9
|
B
|
4
|
Azhari
|
48/50
x 100
|
96
|
9,6
|
A
|
5
|
Ari Pratama
|
31/50
x 100
|
62
|
6,2
|
D
|
6
|
Busyairi
|
42/50
x 100
|
84
|
8,4
|
B
|
7
|
Bq. Ayu N.
|
48/50
x 100
|
96
|
9,6
|
A
|
8
|
Ernawati
|
25/50
x 100
|
50
|
5
|
D
|
9
|
Endang Y.
|
43/50
x 100
|
86
|
8,6
|
B
|
10
|
Husnaini
|
22/50
x 100
|
44
|
4,4
|
E
|
11
|
Hendra K.
|
15/50
x 100
|
30
|
3
|
E
|
12
|
Herman
|
41/50
x 100
|
82
|
8,2
|
B
|
13
|
Heri Saputra
|
21/50
x 100
|
42
|
4,2
|
E
|
14
|
Junaidi
|
40/50
x 100
|
80
|
8
|
B
|
15
|
Karyawan
|
37/50
x 100
|
74
|
7,4
|
C
|
16
|
Kartika Y.
|
20/50
x 100
|
40
|
4
|
E
|
17
|
M. Syi’ar M.
|
26/50
x 100
|
52
|
5,2
|
D
|
18
|
M. Ihsan
|
23/50
x 100
|
46
|
4,6
|
D
|
19
|
M. Fikri
|
45/50
x 100
|
90
|
9
|
B
|
20
|
Miftahul Jannah
|
49/50
x 100
|
98
|
9,8
|
A
|
Jumlah
|
701
|
1402
|
140,2
|
|
|
Rata-rata
|
35,05
|
70,1
|
7,01
|
|
Dari data (tabel 11) diatas, dapat
ketahui jumlah dan persentase siswa yang memperoleh nilai A, B, C, D, dan E,
tentang kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII MTs Darussalam Batunyala tahun pelajaran 2012/2013, sebagai berikut.
Tabel 12
Jumlah dan persentase siswa yang
memperoleh nilai A, B, C, D, dan E
No
|
Nilai
|
Jumlah siswa
|
Persentase
|
1
2
3
4
5
|
A
B
C
D
E
|
3
7
2
4
4
|
15%
35%
10%
20%
20%
|
Jumlah
|
20
|
100%
|
Selanjutnya ialah mencari Indeks
Prestasi Kelompok (IPK). Sebelum mencari indeks prestasi kelompok, terlebih
dahulu mencari nilai rata-rata kelompok. Nilai rata-rata kelompok dihasilkan
dari jumlah skor seluruh siswa dibagi jumlah siswa. Adapun nilai rata-rata
kelompok kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII MTs Darussalam Batunyala seperti yang tertera pada tabel 09 di atas,
yaitu 35,05.
Setelah nilai rata-rata kelompok
tersebut diperoleh, selanjutnya akan dicari persentase indeks prestasi kelompok
tentang kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII MTs Darussalam Batunyala dengan cara nilai rata-rata semua siswa
(35,05) dibagi skor maksimal ideal (50) dikalikan dengan seratus (100), sehingga
dihasilkan Ideks Prestasi Kelompok (IPK) tentang kemampuan memahami perubahan
makna kata bahasa Indonesia pada siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala tahun
pelajaran 2012/2013 ialah 70,1%, termasuk
dalam kategori kemampuan baik (B), yaitu berada antara 80 – 98.
Hasil analisis data di atas, menunjukkan bahwa kategori nilai yang
diperoleh siswa kelas VII MTs Darussalam Batunyala tahun pelajaran 2012/2013 tentang
kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia adalah
sangat baik (A), baik (B), cukup (C),
kurang (D), dan sangat kurang (E). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
yang diperoleh tersebut dalam kategori kemampuan tinggi (T), sedang (S), dan
rendah (R).
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia pada siswa
kelas VII MTs Darussalam Batunyala termasuk dalam kategori kemampuan
tinggi (T), karena dari urutan hasil persentase dapat dilihat bahwa 50% (10 siswa) dengan nilai 80-98,
termasuk dalam kategori kemampuan tinggi (T); 10% (2 siswa) dengan nilai 64-78,
termasuk dalam kategori kemampuan sedang (S); dan 40% (8 siswa) dengan nilai
30-62, termasuk dalam kategori kemampuan rendah (R).
5.2
Saran-saran
1.
Bagi guru
bahasa Indonesia, khususnya di MTs Darussalam Batunyala kelas VII agar selalu
membimbing dan memotivasi siswa yang memperoleh nilai tinggi (T) agar terus dipertahankan,
sedangkan siswa yang memperoleh nilai sedang (S), agar ditingkatkan, dan bagi siswa
yang memperoleh nilai rendah (R) supaya diadakan remedial.
2.
Bagi dewan
guru, khususnya MTs Darussalam Batunyala agar mengadakan home visit (kunjungan
rumah) untuk memberikan arahan kepada orang tua siswa tentang pentingnya peran
aktif orang tua dalam menyukseskan pendidikan.
3.
Dengan mempelajari bahasa dan
sastra Indonesia diharapkan siswa agar dapat berkomunikasi dengan baik, baik
komunikasi lisan maupun tertulis.
4.
Dengan mempelajari bahasa dan
sastra Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan menulis yang berkaitan dengan kemampuan memahami perubahan makna
kata bahasa Indonesia di MTs pada umumnya dan lebih khususnya MTs Darussalam
Batunyala.
5.
Dengan hasil penelitian ini,
diharapkan kepada guru agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam
meningkatkan kebahasaan siswa dalam bahasa tulis khususnya kemampuan memahami
perubahan makna kata bahasa Indonesia.
6.
Kepada peneliti yang lain
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian
lanjutan yang lebih luas dan mendalam.
7.
Dengan melihat hasil tugas siswa tentang kemampuan memahami
perubahan makna kata bahasa Indonesia dalam kategori sedang, diharapkan guru bahasa dan
sastra Indonesia dapat membekali dalam meningkatkan serta mengembangkan
kepribadian siswa agar terampil berbahasa khususnya bahasa tulis yang berkaitan
dengan kemampuan
memahami perubahan makna kata bahasa Indonesia.
8.
Diharapkan kepada semua sekolah untuk
meningkatkan sarana buku mata pelajaran bahasa Indonesia, untuk menunjang pemahaman siswa terhadap
perubahan makna kata bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, Nining,
1989. "Penguasaan Makna Kata Dalam Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SMA
Negeri Panggul Trenggalek Tahun 1989". Skripsi.
Chaer, Abdul, dan
Leonie Agustina.. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1995. Pengantar
Semantik Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Pusat Kurikulum, Badan Penelitian
dan Penembangan.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fauziah. 2006.
"Perubahan Makna Kata Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia dari Bahasa
Arab”. Medan: Karya Ilmiah.
Hayat, Ph. D.,
Bahrul. 2004. Panduan Materi Bahasa Indonesia SMP/MTs Ujian Akhir Nasional
Tahun Pelajaran 2003/2004. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.
Novalista, Nurul
Imtihan. 2010. "Kemampuan Memahami Perubahan Makna Kata dalam Bahasa
Indonesia Siswa Kelas VII MTs Darussalam Batunyala Praya Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”. Mataram: Skripsi.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi
dan Gaya Bahasa. http:// books. Google. Co.Id.
Kushartanti, dan
Untung Yuwono. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Bahasa. http:// books. Google. Co. Id.
Mahyar, Zikri. 2007.
"Analisis Makna Kata Az-Zikru dalam Al-Qur'an Al-Karim. Medan: Skripsi.
Margono. 1997. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Subagyo, Pangestu.
1988. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: BPFE.
Subroto, Trisno Hadi
Dan Herawati, Siti Ida. 2006. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Sudaryat, Yayat.
2006. Makna dalam Wacana Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. http://
books. Google. co.id.
Sugono, Dendy. 2006.
Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid I. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Sugono, Dendy. 2008.
Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
Mulyati, Yeti. 2007.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
INSTRUMEN PENELITIAN
PETUNJUK
MENGERJAKAN SOAL
1. Sebelum
mengerjakan soal, tulis dulu identintas anda pada lembar jawaban yang tersedia!
2.
Anda hanya cukup memberi tanda silang pada abjad yang
anda pilih dalam lembar
jawaban.
3.
selesaikan
soal dengan cermat, dan kerjakan dulu yang kalian anggap paling mudah!
PILIHLAH JAWABAN YANG PALING BENAR !
1. Kata yang mengalami penyempitan makna terdapat
pada kalimat….
a. Firdaus mengajar di Madrasah
Tsanawiyah Randugunting
b. Saudara kami mohon
hadir dalam temu warga di
kelurahan.
c. Dia dikaruniai seorang putra dan seorang putri.
d. Sepulang berlayar, Donny
membuat rumah.
2.
“Kapan si Andy akan kawin?” Kata yang dicetak miring,
mengalami perubahan makna....
a.
Peyorasi
b.
Ameliorasi
c.
Spesialisasi
d.
Genralisasi
e. Sinestesia
3.
Kalau makan, minta disediakan ikan
yang enak-enak. Kata ‘ikan’ mengalami perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Meninggi
d.
Menurun
e.
Pertukaran tanggapan indra
4.
“Tutur katanya halus”. Kalimat
tersebut merupakan perubahan makna karena tanggapan dua indra yang berbeda,
antara....
a.
Indra pendengar dan peraba
b.
Indra pendengar dan penglihatan
c.
Indra peraba dan penciuman
d.
Indra penciuman dan perasa
e.
Indra perasa dan penglihatan
5.
Kalimat yang menggunakan kata
berpeyorasi, adalah....
a.
Preman-preman pasar yang
bermasalah didatangi polisi
b.
Jumlah tunawisma di Jakarta
semakin banyak
c.
Sudah dua tahun kakakku bekerja
sebagai pramugari di Matahari
d. Setelah bekerja selama tiga puluh tahun, kini bapakku menjalani purna
bakti
e. Presiden SBY dan rombongannya berangkat ke istana Negara
6.
Kalimat yang menggunakan kata yang
bermakna ameliorasi, adalah....
a.
Kelahiran orok itu disyukuri
seluruh keluarga
b.
Perempuan berbaju biru itulah guru
kita
c.
Di zaman modern ini banyak
bermunculan tokoh wanita
d.
Sejak lulus menjadi sarjana,
kakakku merantau ke Jakarta
e.
Lima teroris mati dihukum pancung
7.
“TKI adalah pahlawan devisa kita yang terbesar.” Kata yang dicetak miring
mengalami perubahan makna....
a.
Generalisasi
b.
Spesialisasi
c.
Peyorasi
d.
Ameliorasi
e.
Sinestesia
8.
Pamanku seorang seni lukis.
Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a. Generalisasi
b. Spesialisasi
c. Ameliorasi
d. Peyorasi
e. Sinestesia
9.
Ia bekerja sebagai pramuniaga.
Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna ameliorasi. Pramuniaga
berarti....
a.
Pembantu
b.
Kuli
c.
Tukang becak
d.
Peminta-minta
e.
Anak jalanan
10.
Siswa itu minta izin pergi ke WC.
Kata ‘WC’ mengandung perubahan makna....
a.
Generalisasi
b.
Spesialisasi
c.
Sinestesia
d.
Ameliorasi
e.
Peyorasi
11.
Kalimat di bawah ini yang termasuk
gejala sinestesia atau pertukaran tanggapan indra, kecuali....
a. Kata-katanya sungguh menyakitkan
b. Suara Ibu Eti enak didengar
c. Kenapa sih, sambutanmu begitu dingin?
d. Pil itu terasa pahit
e. Ia tampak cantik ketika memakai pakaian panasnya
12.
Sudah dua minggu nenek...
Kata berameliorasi yang tepat untuk
mengisi titik-titik di atas, adalah....
a.
Meninggal dunia
b.
Mampus
c.
Tidak bernyawa
d.
Mati
e.
Wafat
13.
Pihak swasta diajak pemerintah
untuk mencetak sawah-sawah baru.” Kata yang bergris bawah, mengalami
perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Meninggi
d.
Menurun
e.
Pertukaran tanggapan indra
14. “Kelahiran anak ini adalah anugrah dari Tuhan. Kata ‘anugrah’ pada
kalimat tersebut mengalami perubahan makna....
a.
Generalisasi
b.
Spesialisasi
c.
Sinestesia
d.
Peyorasi
e. Ameliorasi
15.
“Ia bekerja sebagai pelayan
toko.” Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Ameliorasi
d.
Peyorasi
e.
Pertukaran tanggapan indra
16. Kata yang mengalami penyempitan makna terdapat pada kalimat....
a.
Kedua orang tuaku tinggal di
Surabaya
b.
Putra-putri Indonesia mengadakan Kongres Pemuda tahun
1928
c.
para anggota Pramuka penggalang
bersama kakak pembina sedang mengikuti jambore daerah.
d.
Mohon maaf, dik, di mana jalan
Raden Saleh itu?
e.
Makanan ibu itu tumpah di tengah
jalan
17.
Dalam kasus itu, istriku
adalah pahlawan keluarga. Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a.
Sinestesia
b.
Generalisasi
c.
Spesialisasi
d.
Peyorasi
e.
Ameliorasi
18.
“Pidatonya hambar”. Kata ‘hambar’
mengalami perubahan makna....
a.
Generalisasi
b.
Spesialisasi
c.
Ameliorasi
d.
Peyorasi
e.
Sinestesia
19.
Istri Pak Lurah sudah... selama
tiga bulan. Kata berpeyorasi yang tepat untuk mengisi titik-titik tersebut,
adalah....
a.
Bunting
b.
Bobok
c.
Berbadan dua
d.
Mengandung
e.
Hamil
20.
Saya bercita-cita ingin menjadi sarjana
pendidikan. Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Meninggi
d.
Menurun
e.
Pertukaran tanggapan indra
21.
Kata yang bermakna sinestesia,
terdapat pada kalimat....
a.
Senyumnya yang ramah membuat ia
disenangi banyak orang
b.
Hampir setiap malam, udara di
tempat ini dingin
c.
Suara anak itu sangat lembut,
nyaris tidak terdengar
d.
Sejauh mata memandang, yang
terlihat hanya hamparan sawah
e.
Wanita itu, ternyata bernama Ana.
22. Para personel kantara tagwa yang dipimpin oleh WS. Rendra, hari ini
menemui Kyai Abdurrahman. Kata yang bergaris bawah, mengalami perubahan
makna....
a. Meluas
b. Menyempit
c. Meninggi
d. Menurun
e. Pertukaran tanggapan indra
23.
“Penciumannya sangat tajam.” Kalimat tersebut
mengalami perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Ameliorasi
d.
Peyorasi
e.
Sinestesia
24. “Saya memiliki tiga saudara.” Kalimat tersebut mengalami perubahan
makna....
a. Menyempit
b. Meluas
c. Meninggi
d. Menurun
e. Pertukaran tanggapan indra
25. Tim Penerbitan Masyarakat DKI membawa para...yang biasa tidur di bawah
jembatan layang ke panti rehabilitasi
Kata berameliorasi
untuk melengkapi kalimat tersebut, adalah....
a.
Gelandangan
b.
Pengemis
c.
Tunanetra
d.
Tunarungu
e.
Tunawisma
|
|
26. Barang siapa yang mengacaukan rencana
kita, kita sikat habis. Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan
makna....
a. Generalisasi
b. Spesialisasi
c. Ameliorasi
d. Peyorasi
e. Sinestesia
27. “Hidup kita selalu dalam naungan
Tuhan yang Maha Kuasa.” Kata yang dicetak miring mengalami perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Meninggi
d.
Menurun
e. Pertukaran tanggapan indra
28.
Kalimat di bawah ini, mengalami
perubahan makna meluas, kecuali....
a.
Saat peringatan hari Kartini,
putra dan putri mengenakan pakaian nasional
b.
Setiap orang harus menghargai
saudaranya sesama manusia
c.
Bapak itu ditabarak mobil
d.
Pelayaran ke negara Perancis itu
dipimpin oleh Kapten Soedibjo
e.
Selamat pagi bu!
29. Kata ‘bau’ pada kalmimat “Dari tadi saya mencium bau bangkai di sekitar
sini” mengalami perubahan....
a. Meluas
b. Menyempit
c. Meninggi
d. Menurun
e. Pertukaran tanggapan indra
30. Pamanku seorang abdi negara. Kata ‘abdi’ mengalami perubahan makna....
a.
Ameliorasi
b.
Peyorasi
c.
Generalisasi
d.
Spesialisasi
e. Sinestesia
31.
“Akibat pergaulannya yang bebas,
anak itu sudah mulai mengkonsumsi obat.” Kata obat pada kalimat tersebut
mengalami perubahan makna....
a.
Generalisasi
b.
Spesialisasi
c.
Sinestesia
d.
Ameliorasi
e. Peyorasi
32. “Mereka sedang adu argumen mengenai perpajakan di Negara kita.” Kata yang dicetak
miring mengalami perubahan makna....
a. Generalisasi
b. Spesialisasi
c. Ameliorasi
d. Peyorasi
e. Sinestesia
33.
Kata ‘ramai’ pada kalimat “Wah!
Permen itu ramai rasanya”. mengalami perubahan makna....
a. Ameliorasi
b. Peyorasi
c. Sinestesia
d. Generalisasi
e. Spesialisasi
34.
(1) Istri
(2) laki
(3) Suami
(4) Mangkat
(5) Perempuan
Kata-kata di atas, mengalami perubahan
makna ameliorasi, kecuali....
a.
(1) dan (2)
b.
(2) dan (3)
c.
(3) dan (4)
d.
(5) dan (3)
e.
(2) dan (5)
35.
(1) Para
penyandang tunadaksa dari berbagai wilayah DKI mengikuti lomba
melukis di aula kantor gubernur.
(2) Aku
merasa senang sebab ibuku beranak
lagi.
(3) Kita
harus berlapangdada menerima kenyataan ini.
(4) Pikiran
Citra tajam sehingga ia diterima di SMA
favorit tersebut.
(5) Dalih yang
dikeluarkan hanya siasat untuk mengalihkan perhtian saja.
Kalimat di atas, yang
menggunakan kata berpeyoratif ditandai nomor....
a.
(1) dan (2)
b.
(2) dan (3)
c.
(3) dan (4)
d.
(2) dan (4)
e.
(2) dan (5)
36. Ustad Harun sedang mengajarkan murid-muridnya
mengaji. Kata bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a. Generalisasi
b. Spesialisasi
c. Ameliorasi
d. Peyorasi
e. Sinestesia
37. Kalimat di bawah ini yang mengandung makna peyorasi, adalah....
a.
Kota Garut pernah menjadi sasaran
gerombolan
b.
Nenek telah dipanggil yang Maha
Kuasa
c.
Negara ini digerogoti tikus berdasi
d.
Kata-katanya selalu menusuk hati
e.
Lintah darat kian meraja lela di
desa itu
38. Kata ‘digulung’ pada kalimat “Kawasan
penjahat itu berhasil digulung oleh polisi” mengalami perubahan makna....
a. Peyorasi
b. Ameliorasi
c. Generalisasi
d. Spesialisasi
e. Sinestesia
39.
Kalimat yang menggunakan kata
beramelioratif, adalah....
a.
Dengan wajah dingin Winda menerima kedatanganku
b.
Pencopet itu tewas akibat
tertabrak bajaj
c.
Para narapidana mendapat pembinaan
yang intensif
d.
Ketika menyayi, suara Stacia
terang sekali
e.
Orang itu sudah menerima amplop
dari pengusaha itu
40.
Penajahat itu mampus dihajar massa. Kata yang dicetak miring, mengalami perubahan
makna....
a.
Meninggi
b.
Menurun
c.
Meluas
d.
Menyempit
e. Pertukaran tanggapan indra
41.
(1) Ratna Mahartika, memang seorang gadis yang manis.
(2) Hobinya
menyanyi, baik lagu pop, barat, bahkan dangdut
(3) Dengan modal
suara empuk, ia pernah ditawari untuk rekaman
(4) Namun ia
tidak mau menerima tawaran itu
(5) Karena ia
tidak ingin dikeumuni oleh kuli-kuli kamera.
Kata bersinestesia
dalam paragraf tersebut terdapat pada kalimat....
a.
(1) dan (2)
b.
(1) dan (3)
c.
(2) dan (3)
d.
(3) dan (5)
e.
(1) dan (5)
42. “Di kelas VII ini, Dora adalah murid yang terpandai” kata ‘murid’ pada
kalimat tersebut mengalami perubahan makna....
a. Menyempit
b. Meluas
c. Meninggi
d. Menurun
e. Pertukaran tanggapan indra
43.
Kata oknum pada kalimat “Dialah
oknum yang meresahkan masyarakat.” Mengandung perubahan makna....
a.
Generalisasi
b.
Spesialisasi
c.
Peyorasi
d.
Ameliorasi
e. Sinestesia
44.
Pak Andy akhirnya menduduki kusi
direktur di perusahaan itu. Kata ‘kursi’ mengalami perubahan makna....
a.
Meninggi
b.
Menurun
c.
Meluas
d.
Menyempit
e.
Sinestesia
45. Kata-kata di bawah ini, termasuk kata yang mengalami perubahan makna
menyempit, kecuali....
a. Pendeta
b. Madrasah
c. Sarjana
d. Pembantu
e. Berlayar
46. (1) Kata-katanya sangat pedas
(2) Sebelum pergi ke undangan perinkahan, kami
menyiapkan amplop
(3) Pedih sekali luka di tanganku.
(4) Coklat ini bukan coklat biasa, tetapi coklat dengan
rasa besar
(5) Menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar
Kalimat
yang menggunakan kata bersinestesia ditandai nomor....
a.
(2) dan (5)
b.
(2) dan (3)
c.
(3) dan (4)
d.
(1) dan (4)
e.
(4) dan (5)
|
|
47. Kata bapak yang mengalami perluasan makna,
terdapat dalam kalimat....
a. Di mana alamat rumah bapak yang memberi
ceramah tadi?
b. Kepala sekolah mengumpulkan bapak-bapak
dari siswa kelas VII
c. Bapak saya bekerja sebagai dokter di rumah
sakit ini
d. Bapaknya Budi memberlikan saya buah di
hari ulang tahun Budi
e. Alisa sangat marah kepada bapaknya, karena
Alisa tidak dijemput
48.
Sambil tersenyum manis, ia
memandangku. Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a.
Meluas
b.
Menyempit
c.
Meninggi
d.
Menurun
e.
Pertukaran tanggapan indra
49.
Sampai saat ini, nama Ibu Kartini
tetap harum. Kata yang bergaris bawah mengalami perubahan makna....
a. Seneralisasi
b. Spesialisasi
c. Ameliorasi
d. Peyorasi
e. Sinestesia
50.
“Surat saudara
sudah kami terima. Tunggu saja jawabannya.” Kata yang dicetak miring mengalami
perubahan makna....
a.
Meninggi
b.
Menurun
c.
Sinestesia
d.
Meluas
e.
Menyempit
Kunci Jawaban Instrumen
Penelitian
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. C
7. A
.8. B
9. A
10. E
|
11.
D
12.
E
13.
A
14.
E
15.
D
16.
A
17.
A
18.
E
19.
E
20.
B
|
21. C
22. B
23. E
24. A
25. E
26. A
27. C
28. D
29. B
30. A
|
31. E
32. A
33. C
34. E
35. E
36. B
37. A
38. C
39. C
40. B
|
41. B
42. A
43. C
44. C
45. E
46. D
47. A
48. E
49. E
50. D
|
0 komentar:
Posting Komentar