Selasa, 26 Maret 2013

Penggunaan Media Pembelajaran dalam Menunjang Prestasi Siswa



PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENUNJANG PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS IV SDN EMBUNG BELEK KECAMATAN PRAYA TENGAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2007/2008














SKRIPSI


Diajukan sebagai bagian dari syarat untuk mencapai kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram


Oleh:

SALMAN WADI
NIM: 10711.0252


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2006/2007

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENUNJANG PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS IV SDN EMBUNG BELEK KECAMATAN PRAYA TENGAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2007/2008












SKRIPSI


Diajukan sebagai bagian dari syarat untuk mencapai kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram


Oleh:

NAMA                         : SALMAN WADI
NIM                             : 10711.0255
JURUSAN                   : BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDY  : BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2006/2007

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENUNJANG PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS IV SDN EMBUNG BELEK KECAMATAN PRAYA TENGAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2007/2008




SKRIPSI


OLEH
SALMAN WADI


Diajukan sebagai bagian dari syarat untuk mencapai kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram


Mataram, ……………….2007
Diterima/disetujui
Oleh:


Dosen Pembimbing I,






Dra. WAYAN RESMINI, SH.MH
Dosen Pembimbing II,






SYAFRIL, S.Pd

Universitas Muhammadiyah Mataram
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,




ZAINI BIDAYA, SH

HALAMAN PENGESAHAN

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENUNJANG PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS IV SDN EMBUNG BELEK KECAMATAN PRAYA TENGAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2007/2008



SKRIPSI


OLEH
SALMAN WADI


Pada tanggal, ……Agustus 2007
Telah dipertahankan dengan baik di depan tim penguji

Dra. Wayan Resmini, SH. MH
Ketua

Syafril, S.Pd
Anggota

Sykuriyadi
Anggota



Skripsi ini dapat diterima sebagai bagian dari syarat untuk mencapai kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram

Mengetahui:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram
Dekan,



ZAINI BIDAYA, SH


ABSTRAK
Selamet, 2008.          :     Penggunaan Media Pembelajaran dalam Menunjang Prestasi Siwa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Kata Kunci              : Media Pembelajaran an Prestasi Siswa

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui fungsi penggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi belajar siswa kelas IV pada SDN Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan juni sampai dengan September 2008.
Fokus dalam penelitian adalah (1) Bagaimanakan pemanfaatan media pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah; (2) Bagaimanakah pengggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas IV SDN Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari warga sekolah antar alain kepala sekolah, guru mata pelajran Agama Islam (PAI), wali kelas, anggota komite sekolah, dan siswa SDN Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah
Data dikumpulkan dengan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi dan pedoman wawancara. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan langkah mereduksi data, paparan data, dan menarik simpulan secara deduksi dan induksi.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pemanfaatan media pembelajaran dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas IV SDN Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah telah terlaksana dengan baik dalam menunjang jpenggunaan metode maupun membantu siswa memahami konsep yang diajarkan; (2) Penggunaan media pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas IV SDN Embung Belekf Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah telah mampu menunjang prestasi belajar siswa.


Motto:

-          Sesungguhnya kebahagiaan, kesenangan dan kesuksesan terletak pada Agama dan amalan Agama yang sempurna.

Pesembahan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
PESEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2. Focus Penelitian
  3. Rumusan Masalah
  4. Tujuan Penelitian
  5. Manfaat Penelitian
  6. Ruang Lingkup Penelitian
  7. Penegasan Istilah
BAB II KAJIAN PUSTAKA
  1. Pengertian Media Pembelajaran
  2. Macam-macam Media Pembelajaran
  3. Kegunaan dan Fungsi Media Pembelajaran
  4. Pemilihan Media Pembelajaran
  5. Tujuan Media Pembelajaran
  6. Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
BAB III METODE PENELITIAN
  1. Pendekatan Penelitian
  2. Lokasi Penelitian
  3. Kehadiran Peneliti
  4. Subjek Penelitian
  5. Instrumen Penelitian
  6. Sumber Data
  7. Prosedur Pengumpulan Data
  8. Analisis Data
  9. Keabsahan Data dan Temuan
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
  2. Pemanfaatan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV dalam Proses Belajar Mengajar SDN 1 Selebung Batukliang
  3. Penggunaan Media Pembelajaran dalam Menunjang Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN 1 Selebung Batukling
  4. Pembahasan


BAB V PENUTUP
  1. Simpulan
  2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses yang komplek, yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).[1]
Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan siswa pada perubahan-perubahan tingkah laku seperti perubahan pengetahuan, perubahan keterampilan maupun perubahan nilai dan sikap. Dalam mencapai tujuan tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran.
Seiring dengan perkembangan teknologi modern seperti saat ini, peranannya dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, di mana peranan teknologi tersebut sudah sedemikian menonjol, terutama di negara-negara yang telah lama berkembang. Dalam hal ini, pemerintah dan masyarakat memberikan perhatian yang khusus dalam dunia pendidikan, karena mereka menyadari pentingnya pendidikan dilakukan ditunjang dengan peranan dan fungsi dari teknologi tersebut.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah tertentu telah menunjukkan kemajuan yang begitu pesat. Perubahan dan pembaharuan bukan saja terjadi dalam bidang kurikulum, metodologi pengajaran, peralatan dan penilaian pendidikan, di saming itu juga terjadi pembaharuan dalam bidang administrasi, organisasi dan personil bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan tersebut merupakan pembaharuan dalam system pendidikan yang mencakup seluruh komponen-komponen pendidikan.
Salah satu unsure teknologi yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar adalah media atau alat Bantu pembelajaran. “Media adalah alat Bantu yang dijadikan sebagai perantara atau pengantar pesan guna mencapai tujuan pengajaran dari pengirim ke penerima pesan[2], sedangkan media pembelajaran adalah cara atau alat, prosedur yang digunakan atau ditempuh untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan yang berlangsung dalam proses pembelajaran[3].
Kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah salah satu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan siswa semaksimal mungkin. Proses belajar mengajar merupakan dua hal berbeda, tapi membentuk satu kesatuan, ibarat dua sisi mata uang.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar dilakukan oleh guru yang mana sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa, karena dalam prosesnya guru menciptakan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Belajar yang dimaksud di sini adalah belajar dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah, agar terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Agar dapat belajar dengan baik perlu diperhatikan beberapa factor, baik factor dari dalam diri individu, seperti minat, intelegensi, keinginan, perasaan, dan kepercayaan yang ada pada diri individu, maupun factor dari luar individu, seperti suasana belajar, waktu belajar, ruang belajar, bahkan metode mengajar dan bahan belajar atau media pembelajaran[4].
Agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki suatu strategi. Salah satu langkah untuk memiliki strastegi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut dengan metode mengajar.
Dalam hal ini media pembelajaran sangat berfungsi sebagai alat penunjang proses pembelajaran dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa atau anak didik untuk mencapai tujuan pengajaran.
Dengan demikian maka media pembelajaran sangat berperan dalam memberikan motivasi yang positif dalam merangsang minat, intelegensi siswa agar lebih kreatif, efektif, dan bersemangat dalam proses belajar mengajar sehingga secara langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam proses belajar mengajar, kehadiran media pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat membantu dan media pembelajaran adalah sarana perantara yang cukup berarti dalam proses belajar mengajar itu sendiri.
Media sebagai alat Bantu dalam proses belajar mengajar tidak dapat dipungkiri lagi karena media dapat membantu tugas-tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan guru kepada anak didiknya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media pembelajaran maka sangat sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap peserta didik terutama bahan pelajaran yang rumit dan kompleks.
Setiap pelajaran tentu memiliki kesukaran yang bervariasi, pada satu sisi ada bahan yang tidak membutuhkan media pengajaran. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sulit untuk dicerna oleh peserta didik apalagi mata pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik tersebut. Guru yang bijak tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan peserta didiknya berpangkal dari penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru secara simpang siur tanpa ada fokus masalahnya, oleh karena itu guru yang bijak harus pandai mencari jalan keluarnya. Jika guru tidak dapat menyampaikan materi dengan baik apa salahnya jika guru tersebut menghadirkan media sebagai alat Bantu pelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Upaya penggunaan media pembelajaran merupakan hal yang esensial dalam proses belajar mengajar baik itu berupa media visual, media audio, maupun media audio visual. Kenyataan menunjukkan bahwa kurangnya intraksi antara guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah dikarenakan jarangnya guru menggunakan media pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan observasi di lapangan sebelum permasalahan ini kami angkat, dapat dikatakan bahwa penggunaan media pembelajaran belum sepenuhnya dilaksanakan dan dimanfaatkan sehingga belum terlihat penerapan yang sesungguhnya dari penggunaan media pembelajaran tersebut. Sehingga penulis tertarik dan memandang perlu untuk meneliti dengan lebih dalam lagi tentang “Penggunaan Media Pembelajaran dalam Menunjang Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah”.
1.2  Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah sebuah kelompok yang terdiri dari orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang mempunyai kesamaan sifat yang dijadikan sebagai fokus peneliti.
Berpijak dari pendapat para ahli tersebut di atas, maka yang dijadikan fokus penelitian adalah penggunaan dan pemanfaatan media/alat Bantu dalam proses belajar mengajar oleh guru Pendidikan Agama Islam dan semua siswa siswi kelas IV dengan jumlah 38 orang yang masing-masing terdiri dari 20 orang siswa dan 18 orang siswi.
1.3  Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah aspek yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian karena penelitian tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya masalah yang akan diteliti.
Bertolak dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pemanfaatan media pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah?
2.      bagaimanakah penggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah?
1.4  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan, adalah:
1.      Untuk mengetahui pemanfaatan media pembelajaran dalam menunjang prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah
2.      Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi siswa pada mata pelajran Pendidikan Agama Islam kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
1.5  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah:
1.      Siswa
Dengan penerapan penggunaan media pembelajaran, siswa diharapkan akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih mudah dan bermakna dan tidak membosankan.
2.      Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
3.      Sekolah
Dapat memberikan informasi tambahan mengenai strategi mengajar pada sekolah lain dengan jenjang pendidikan yang sama.
1.6  Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian, antara lain:
1.      Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
2.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV semester I di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
1.7  Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami isi penelitian ini, perlu didefenisikan beberapa istilah, antara lain:
1.      Media
Media adalah seperangkat wahana penyalur pesan dan informasi belajar yang berguna dalam memudahkan proses belajar mengajar.
2.      Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah cara atau alat, atau prosedur yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Media Pembelajaran
Pada dasarnya kegiatan belajar adalah salah satu proses kegiatan dari seorang pendidik sebagai sumber pesan kepada anak didiknya sebagai penerima pesan. Kegiatan belajar mengajar dalam menyampaikan pesan atau informasi agar dapat diserap dan dihayati oleh siswa serta tidak terjadi kesalahpahaman informasi, maka perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses belajar mengajar yang biasa disebut media. Dalam kegiatan proses belajar mengajar media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi belajar mengajar adalam media pembelajaran.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar, oleh sebab itu para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat (media pembelajaran) yang sudah disediakan oleh pihak sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan media atau alat Bantu pengajaran yang telah tersedia secara efektif, efesien, dan terkontrol dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut agar dapat mengembangkan keterampilan menciptakan dan membuat media pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan pembelajaran yang akan dicapai.
Dengan demikian, maka dapat diambil simpulan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan jamak dari “medium” yang berarti “tengah”, “perantara” atau pengantar[5]. dengan demikian, media mefrupakan seperangkat wahana penyalur pesan dan informasi belajar yang berguna dalam memudahkan proses belajar mengajar.
Sedangkan “media pembelajaran adalah cara atau alat, atau prosedur yang digunakan atau untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pembelajaran[6].
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis atau menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal[7].
­­­­­­­­­­­­­­­_____________________________
Berdasarkan pengertian tersebut, maka batasan media menurut pendapatnya Gagne (1970) adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar. Sedangkan hal yang senada juga diungkapkan oleh Briggs (1970) mengatakan bahwa batasan pengertian daripada media menurut pendapatnya adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Seperti buku, film, kaset, bingkai, dan sebagainya[8].
Macam-macam Media Pembelajaran
Dalam proses belajar megnajar, bermacam-macam alat pembelajaran telah diciptakan agar mempermudah para siswa untuk memahami bahan pelajaran yang disampaikan guru dengan menggunakan media sebagai alat bantu pelajaran.
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini yang mana kemajuan tersebut berperan signifikan sekali dalam dunia pendidikan saat ini, pada umumnya di Indonesia di mana media terserbut manfaatnya sangat besar dalam dunia pendidikan.
Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan-pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat kerasnya (hardware) sendiri merupakan sarrana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut[9].
Ada beberapa karakteristik jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar megnajar[10].
Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan-pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam simbol-simbol komunikasi visual, simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar, artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dengan efesien.
Jenis-jenis media grafis, antara lain:
a.       Gambar/foto
Gambar dan foto adalah media grafis yang paling umum dipakai, gambar merupakan bahasa yang umum dipakai, yang dapat dimengerti dan dipahami di mana-mana.
b.      Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sangat sederhana, yang melukiskan bagian inti atau pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat diajar menggambar, maka setiap guru yang baik harus dapat menuangkan ide-idenya dalam bentuk sketsa, selain dapat menarik perhatian siswa, menghindari verbalisme dalam menyampaikan pesan harganyapun tidak perlu dipersoalkan karena dibuat langsung oleh guru bersangkutan.

c.       Diagram
Diagram adalah gambar yang hanya menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Isi diagram pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk, diagram juga menyederhanakan yang komplek sehingga memperjelas penyajian pesan.
d.      Kartun
Kartun sebagai salah satu komunikasi grafis, adalah suatu gambar interpretatf yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas, atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Kemampuannya besar sekali dalam menarik perhatian orang banyak, kartun juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku dan kartun juga biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkan ke dalam gambar sederhana tanpa detail dengan menggunakan simbol-simbol atau karakteristik yang mudah dikenal.
e.       Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu namun poster mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah lagu orang yang melihatnya. Fungsi untuk mempengaruhi orang-orang untuk membeli produk baru dari suatu perusahaan misalnya, hal tersebut dapat dituangkan melalui poster. Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, dan semacamnya. Pemasangan poster bisa dilakukan di kelas, di luar kelas, di pohon, di tepi jalan, maupun di majalah. Ukuran poster beraneka macam hal itu tergantung dari kebutuhan yang diperlukan.
f.       Peta dan Globe
Pada dasarnya fungsi dari peta dan globe adalah untuk menyajikan data-data lokasi. Tetapi secara khusus peta dan globe tersebut memberikan informasi tentang keadaan permukaan bumi. Tempat-tempat (negara), data-data budaya kemasyarakatan, data-data ekonomi dan sebagainya.
Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera dibandingkan dengan media lain. Pesan-pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang audatif, baik yang verbal (bahasa) maupun non verbal (lisan)
Jenis-jenis media audio, antar lain:
a.       Radio
Program ini dapat direkam dan diputar berulangkali dengan sesuka hati, radio misalnya, dapat ditempilkan di dalam kelas sehingga pelajaran lewat radio bisa lebih bermutu baik dari segi ilmiah maupun metodis.
b.      . alat Perekam Vita Magnetis (Tape recorder)
Tape recorder adalah salah satu media pendidikan yang tidak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah digunakan. Ada beberapa kelebihan dari alat perekam sebagai media pembelajaran di antaranya mempunyai fungsi ganda, yang efektif untuk merekam dan mempunyai playback.
Media Proyeksi Diam (Still proyected medium)
Media jenis ini mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Perbedaan yang jelas di antaranya adalah apabila pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan peserta didik dan dapat berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan. Adakalanya jenis ini disertai dengan rekaman yang secara audio tapi ada juga yang secara visual.
Ada beberapa jenis media yang termasuk dalam jenis media proyeksi, antara lain:
1.      Film  Bingkai
Film bingkai adalah film yang berukuran 35 mm, yang biasanya dibungkus bingkai berukuran 2x2 inci, terbuat dari karton atau plastik. Selain dari ukuran tersebut ada bebarapa ukuran-ukuran yang lebih besar.
Salah satu kelebihan dan fungsi film bingkai adalah dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, serta dapat menjadi media yang efektif bila dibandingkan dengan media cetak lainnya.
2.      Media Transfaransi
Media ini adalah media visual proyeksi yang dibuat di atas bahan yang transfaran, yang biasa kita kenal dengan istilah OHT (Overhead Transfarancy) atau sering kita kenal dalam istilah perangkat kerasnya yaitu OHP (Overhead Projector). OHAP ini adalah alat yang dirancang khusus dengan sedemikian rupa sehingga dapat memproyeksi transfaransi ke arah layar lewan atas kepala atau lewat samping kepala orang yang menggunakannya.
3.      Televisi
Televisi adalah media yang dipaka untuk menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur gerak. Dilihat dari sudut jumlah penerima pesannya televisi tergolong dalam media massa. Jadi dengan adanya televisi, manusia dapat merasakan pengetahuannya bertambah dari ketidaktahuan menjadi tahu karena yang disampaikan dalam program-program televisi adalah informasi-informasi yang tidak diketahui oleh siswa sehingga secara tidak langsung dapat dihubungkan dengan materi pelajaran tertentu.
4.      Video (VCD dan DVD)
Video dalam bentuk CD yang disajikan melalui perangkat keras VCD atau DVD tidak jauh berbeda dengan televisi. Namun dalam bentuk ini kita dapat memrogram suatu informasi tertentu secara berulang-ulang dengan sesuka hati tanpa ada jadwal penayangannya artinya kita mampu mengendalikannya sendiri. Video dalam bentuk CD banyak kita jumpai dan telah dipasarkan dengan bebas dengan beraneka ragam informasi-informasi pengetahuan. Pesan yang disajikan bersifat fakta dan non fakta/fiktif, misalnya fakta yaitu berupa kejadian/peristiwa penting, dan berita, sedangkan non faktaj/fiktif yaitu cerita-cerita atau film-film. Sifat dari video ini adalah informasi edukatif dan interaksional.
Kegunaan dan Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan media belajar dapat mempertinggi proses dari belajar mengajar itu sendiri. Salah satunya adalah taraf berfikir siswa, artinya taraf berfikir manusia mengikuti taraf perkembangan di mulai dari berfikir konkrit menuju ke berfikir abstrak, dimulai dari berfikir sederhana menuju berfikir yang kompleks. Penggunaan media pembelajaran sangat erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab hal-hal yang abstrak dapat dikonkritkan dan hal-hal yang sulit dapat disederhanakan melalui media pembelajaran[11]. (Sudjana dan Rifa’i, 2002 : 2-3).
Kegunaan Media Pembelajaran
Kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar menurut Sadiman, dkk adalah[12].
a.       Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata maupun tulisan belaka)
b.      Mengatasai keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
c.       Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita gambar, film bingkai, film, atau model.
d.      Objek yang kecil bisa dibantu dengan projektor mikro, film bingkai, dilm, atau gambar.
e.       Konsep yang terlalu luas dapat dividualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan sebagainya.
f.       Kejadian masa lalu dapat ditempilkan dalam bentuk film, video, dilm bingkai, foto, maupun secara verbal.
g.      Mengatasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a.       Menimbulkan kegairahan belajar
b.      Meningkatkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.       Memungkinkan anak didik belajar dengan sedirinya sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Fungsi Media Pembelajaran
Secara umum, fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut[13]:
a.       Mewujudkan situasi belajar yang efektif.
b.      Mencapai tujuan pembelajaran.
c.       Penggunaanya merupakan bagian yang integral dalam sistem pembelajaran.
d.      Mempercepat proses belajar mengajar.
e.       Membantu siswa dalam memahami pelajaran yang disajikan gurunya.
f.       Mempertinggi mutu pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan suasana yang kondusif, nyaman, tentram, aman daripada gangguan-gangguan, baik gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar sehingga menimbulkan dan menumbuhkan gairah siswa dalam belajar. Sedangkan untuk menumbuhkan gairah siswa belajar tersebut guru membutuhkan media pembelajaran yang berfungsi membangkitkan gairah belajar siswa.
Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian proses belajar yang efesien dan efektif, yang meliputi tujuan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, pengaturan waktu luang, penggunaan ruang alat perlengkapan pengajaran di kelas, dalam hal ini, media pembelajaran merupakan alat bantu yang memiliki andil yang cukup besar.
Dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran merupakan alat yang sangat penting, karena dalam hal tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan oleh guru dapat dibantu dengan menghadirkan media pembelajaran sebagai alat bantu pelajaran. Kerumitan bahan pelajaran dapat dibantu dengan media pelajaran. Di samping itu juga, media pembelajaran sebagai alat bantu dapat membantu guru atau mewakili guru dalam kekurangmampuannya mengucapkan melalui ucapan atau dengan kalimat tertentu bahkan keabstrakan materi pelajaran dapat dikonkritkan dengan kehadiran media pembelajaran. 
Pemilihan Media Pembelajaran
Guru harus dapat memilih suatu media atau multiguna untuk digunakan dalam proses pembelajaran berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dalam pemilihan media pembelajaran hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
a.       Faktor manusiawi, yang berkenaan dengan unsur-unsur siswa (Peserta didik), dosen atau pengajar, dan tenaga teknisi.
b.      Faktor komunikasi yang efektif, yang berkenaan dengan unsur-unsur siswa (Peserta didik), isi, atau materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai.
c.       Faktor biaya yang memadai, bertalian dengan unsur-unsur tujuan yang hendak dicapai, pasaran, dan keadaan.
d.      Faktor hambatan-hambatan praktis, yang berkenaan dengan unsur-unsur keadaan, waktu, dan fasilitas[14].
Di atas telah disinggung bahwa kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi, dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.
Profesor Ely dalam kuliahnya di Fakultas Pascasarjana IKIP Malang tahun 1982 mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteksnya, bahwasanya media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan, oleh karena itu, meskipun isi dan tujuannya telah diketahui, faktor-faktor lain seperti karakteristik siswa, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar, alokasi waktu, dan sumber, serta prosedur penilaiannya juga perlu dipertimbangkan.
Sebagai pendekatan praktis disarankan untuk mempertimbangkan media apasaja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apasaja yang memenuhi selera pemakai. Mialnya guru dan siswa[15].





Sedangkan menurut pendapatnya Sudjana dan Rifa’i[16] kriteria dalam dalam pemilihan media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.       Ketetapan dengan tujuan pengajaran, artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan, yang meliputi unsur-unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, sehingga lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran.
b.      Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c.       Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
d.      Keterampilan guru dalam menggunakan media, artinya apapun jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah guru harus dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran.
e.       Tersedianya waktu dalam penggunaan media tersebut, sehingga media tersebut sangat berguna dan bermanfaat bagi siswa selama pengajaran dan pembelajaran berlangsung.
f.       Sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang sesuai dan dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Oleh sebab itu, media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.
Pemilihan media pembelajaran bertujuan untuk menentukan media yang efektif dalam arti menjangkau sasaran dan berpengaruh terhadap sasaran tersebut. Untuk itu, perlu diketahui lebih dahulu karakteristik sasaran yang akan menerima informasi sebagaimana layaknya penggunaan media secara efektif, efesien, dan terkontrol.
Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalam pemilihan media komunikasi yang tepat dan efektif, adalah:
a.       Mengenal dan merinci karakteristik sasaran.
b.      Merumuskan tujuan penyajian informasi.
c.       Menetapkan pesan informasi yang meliputi isi dan ruang lingkup serta urutan materi pesan itu.
d.      Menentukan suatu media yang dianggap cocok untuk menyampaikan pesan itu
e.       Bila perlu, mengujicobakan media secara langsung atau dalam bentuk simulasi.
f.       Menetapkan media siap pakai setelah diadakan perbaikan berdasarkan hasil uji coba[17].
Dari semua pengertian yang telah dijabarkan di atas, dapat diambil suatu simpulan bahwa pemilihan media yang cocok untuk tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu perluasan keterampilan berkomunikasi yang memerlukan suatu proses secara rinci dan khusus.
Memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah, karena pemilihan media ini sangat sulit dan rumit karena didasarkan pada pelbagai faktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Tujuan Media Pembelajaran
Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai tujuan atau sasaran, baik tujuan yang bertahap maupun tujuan yang berjenjang, serta mulai dari yang sangat operasional dan konkrit, yakni Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Intruksional Khusus (TIK), Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional sampai Tujuan Nasional.
Selanjutnya untuk meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa dalam bentuk mengarahkan terhadap hal-hal yang positif dan berguna bagi siswa, guru harus pandai memilih dan mengelola isi pelajaran dan media apa yang pantas untuk digunakan sesuai dengan proses belajar mengajar yang dikelola oleh sekolah.
Siswa belajar dalam kondisi yang nyaman, kondisi yang merangsang minat siswa untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman maupun dengan lingkungannya.
Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian proses belajar mengajar dan dengan media pembelajaran dapat membantu terwujudnya mutu pendidikan yang lebih baik.
Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Media pembelajaran merupakan suatu bagian yang penting dari suatu proses pendidikan di sekolah. Secara harfiah media perantara atau pengantar, atau wahana penyalur pesan atau informasi belajar.
Sedangkan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan wadah dari pesan yang disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yaitu guru, yang ingin diteruskan dari sasaran atau penerima pesan tersebut, yaitu siswa yang belajar Pendidikan Agama Islam, tujuan penggunaan media Pendidikan Agama Islam tersebut adalah upaya terjadinya proses belajar Pendidikan Agama Islam.
“Media Ppembelajaran Pendidikan Agama Islam secara umum adalah sarana atau prasarasna Pendidikan Agama Islam yang fungsinya dapat dipergunakan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa, di samping untuk membantu sarsana dan prasarana proses Pendidikan Agama Islam dapat berhasil dengan baik, yakni membentuk siswa menjadi anak shaleh[18].”

Sedangkan secara khusus
“Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode, alat, dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah[19].”

Kalau diperhatikan perkembangan media pembelajaran ini, pada mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi seorang guru (teaching aids), yaitu mempermudah daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga guru tidak merasa lelah dalam menyampaikan materi pelajaran dan sebaliknya siswa tidak merasa cepat jenuh dalam menerima pesan pembelajaran yang disampaikan, alat bantu yang digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa gambar objek, model, dan media lainnya yang dapat membantu dan mempertinggi daya serap dan hasil belajar siswa.
Media pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah wahana penyalur pesan yang digunakan dalam prosess belajar mengajar Pendidikan Agama Islam guna membantu tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan Agama Islam yang secara efektif dan efesien.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan berupaya untuk menggambarkan peristiwa, gejala, atau kejadian yang berlangsung dan yang sedang terjadi pada saat tertentu. Dalam menggunakan penelitian deskriptif ini, peneliti mengacu pada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penelitian.  
Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (diskripsi) mengenai situasi-situasi atau keadaan-keadaan. Dalam artian ini, penelitian deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan hubungan, mengetes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna atau implikasi walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif[20].
Sedangkan menurut ahli Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati[21].

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan metode untuk mengumpulkan data dalam bentuk tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan fenomena-fenomena, yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki.
Penggunaan metode kualitatif disebabkan karena beberapa pertimbangan, yakni:
1.      Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila menghadapi kenyataan ganda.
2.      Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
3.      Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan pola-pola nilai yang dihadapi[22].
Berdasarkan paparan teori di atas, alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, adalah:
1.      Agar dapat memberi dan menguraikan latar belakang yang jelas mengenai penggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV di sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah sehingga peneliti tidak ngambang dari data-data yang akurat dan valid.
2.      Untuk mengulangi banyaknya data dan informasi yang hilang diperoleh dari hasil observasi, interview, maupun dokumentasi mengenai rumusan masalah yang diteliti.
3.      Membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi lebih dekat sehingga dalam proses pengumpulan data peneliti lebih mudah dan tidak merasa kesulitan mengenai hal-hal yang terdapat dalam rumusan masalah.

3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilasanakan di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah. Alasan peneliti mengadakan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek ini karena lokasinya yang sangat strategis (mudah dijangkau), berada di Jantung Desa Kelebuh (sebelah utara pasar Monte) dan peneliti lebih mengetahui seluk beluknya dibandingkan sekolah lain, sehingga dalam melaksanakan penelitian lebih mudah memperoleh dan mengumpulkan data.
Kehadiran Peneliti
Tujuan utama kehadiran peneliti di lokasi adalah untuk mendapatkan dan memperoleh data yang diinginkan. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti perlu melibatkan diri dalam kehidupan orang yang akan diteliti dan dijadikan sebagai objek penelitian. Dengan keterlibatan tersebut, peneliti akan mengetahui kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu melaksanakan observasi. Sebelum peneliti mengadakan penelitian, terlebih dahulu peneliti memperoleh surat rekomendasi izin penelitian dari Universitas Muhammadiyah Mataram dan instansi terkait, serta menentukan instrumen dan alat bantu yang akan dipergunakan dalam penelitian.
Setelah mendapat izin dari instansi terkait, peneliti hadir di lapangan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Peneliti hadir di lapangan kurang lebih dua bulan lamanya, sehingga dengan waktu tersebut peneliti gunakan dengan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan data dan informasi dan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
Adapun sebelum peneliti hadir di lokasi penelitian, peneliti tersebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut.
1.      Melakukan studi pendahuluan atau survey awal yang bertujuan untuk mengetahui lokasi penelitian dan melihat kegiatan proses belajar mengajar.
2.      Membuat proposal penelitian yang merupakan syarat-syarat utama untuk meneliti yang akan diberikan nantinya kepada lokasi penelitian, di mana dalam proposal tersebut terdapat izin penelitian dan jadwal penelitian.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian menurut Frengkel dan Wallem adalah kelompok yang menarik peneliti di mana kelompok tersebut peneliti dijadikan sebagai obyek untuk menggeneralisasikan hasil penelitian. Subjek penelitian dapat didefinisikan juga sebagai suatu himpunan yang terdiri dari orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang mempunyai kesamaan[23].
Jadi subjek penelitian adalah sebuah kelompok yang terdiri dari orang, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang mempunyai kesamaan sifat, yang dijadikan sebagai objek peneliti.
Berpijak pada pendapat para ahli di atas, maka yang dijadikan subjek penelitian ini semua siswa kelas IV dengan jumlah 38 orang yang masing-masing terdiri dari 20 orang siswa dan 18 orang siswi.



Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Berdasarkan Emory dalam Sugiyono mengatakan “Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dlam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian[24], karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Sumber Data
yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah “subjek di mana data diperoleh[25].
Dari pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa sumber data merupakan orang atau responden serta dokumen yang dapat dijadikan sebagai tempat orang atau responden mendapatkan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian.





Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, adalah:
1.      Kepala Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
2.      Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SDN Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
3.      siswa-siswi kelas IV SDN Embung Belek Desa Kelebuh Keccamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Selain sumber data di atas, sumber daya yang lainnya adalah dokumen, arsip, dan bahan kepustakaan yang berkaitan dengan objek penelitian.
Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperlukan beberapa metode yang dianggap relevan guna mendapatkan data-data yang diinginkan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.
Metode Observasi
Seringkali orang mengartikan observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Suharsimi Arikunto mendefinisikan observasi (pengamatan), yakni meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap objek yang diamati dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dari pengertian di atas, dapat diambil simpulan bahwa observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati data-data yang diselidiki.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipan. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode observasi partisipan, di mana peneliti ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi[26]. adapun cara perolehan data yang dilakukan melalui observasi partisipan ini yaitu dengan mengamati atau meneliti secara langsung aktivitas pembelajaran di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah khususnya pada aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selain untuk mengamati aktivitas pembelajaran, observasi juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan Sekolah Dasar Negeri Embung Belek yang meliputi situasi lingkungan sekolah, baik situasi dalam belajar maupun ketika jam istirahat.
Metode Wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari wawancara[27].
Berdasarkan pengertian tersebut, metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung dan dijawab secara langsung pula dengan berdasarkan tujuan penelitian. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara atau metode sistematis yang mana dilakulan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan, artinya pewwancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti[28].
Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai persepsi dan aktivitas usaha yang dilakukan oleh guru PAI dalam rangka menggunakan media pembelajaran dan identifikasi SDN Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
Metode wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab antara peneliti dengan subjek penelitian. Dalam hal in dilakukan wawancara atau intervew dengan para subjek penelitian yang banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa adalah penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan, di antaranya:
1.      Kepala Sekolah dan Dewan Guru
Hal-hal atau data yang ingin diperoleh, adalah:
a.       Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah.
b.      Kebijakan-kebijakan yang ditempuh dalam penggunaan media pengajaran terhadap proses belajar mengajar siswa.
c.       Kegiatan guru dalam memberikan motivasi kepada peserta didiknya.
2.      Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
a.       Upaya pengadaan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b.      Upaya pemilihan media pembelajaran.
c.       Faktor pendukung penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d.      Upaya peningkatan penggunaan media pembelajaran.
e.       Peranan media dalam proses belajar pengajar Pendidikan Agama Islam.
3.      Siswa-siswi SDN Embung Belek
a.       Adanya motivasi dalam penggunaan media pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.
b.      Arahan motivasi belajar dari guru dalam membangkitkan gairah belajar siswa.
Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah menarik data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, langger, agenda, dan lain-lain.[29] Lebih khusus yang dicari dengan metode ini berupa data yang berhubungan dengan media pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat diambil simpulan bahwa metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui peninggalan-peninggalan tertulis berupa buku-buku, arsip-arsip, metode dokumentasi yang penulis gunakan untuk mendapatkan data mengenai sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Selebung Kecamatan Batukliang Kabupaten Lombok Tengah, dan data lain yang menyangut penelitian ini.

Analisa Data
Analisa data menurut Dalton dan Meoleong, adalah proses atau mengurut data sesuai dengan aturan atau dengan mengorganisasikannya dalam suatu pola kategori, setelah terkumpul dari sumber. Kegiatan ini juga sering disebut dengan pengolahan data atau analisis data[30]
Dari rumusan tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa analisis data bermaksud untuk membuat atau menggambarkan garis-garis yang berisi judul-judul/kode-kode tentang sesuatu yang ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang dilakukan. Di mana di dalam penelitian ini penulis perlu mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengatagorikannya.
Dari pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa metode analisis data merupakan suatu cara untuk memecahkan dan mengolah hasil pengumpulan data untuk mendapatkan simpulan. Analisis data yang digunakan dalam suatu penelitian sangat tergantung dari jenis data yang diperoleh, karena data yang dikumpulkan berupa data deskriptif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
            Keabsahan Data dan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme yang disesuaikan dengan pengetahuan, kriteria dan paradigma sendiri.[31]
Usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuan dapat dilakukan dengan beberapa teknik, di antaranya:
a.       Perpanjangan keikutsertaan.
b.      Ketekunan pengamatan
c.       Triangulasi
d.      Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
e.       Analisa kasus negatif
f.       Kecukupan referensial
g.      Pengecekan anggota
h.      Uraian rinci
i.        Auditing.
Teknik keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah perpanjangan keikutsertaan di mana dalam penelitian ini keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, keikutsertaan itu tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan yang peneliti maksudkan untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya tentang permasalahan yang diteliti dan data tersebut harus dikonfirmasikan dengan sumber data atau responden untuk mendapatkan data yang akurat dan valid sebelum data tesebut disajikan ke dalam laporan penelitian.

BAB IV
4.1  Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah berstatus negeri, berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah ini mulai dibangun tahun 1955 dan diresmikan penggunaannya pada 1 Agustus 1956 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia berdasarkan surat peresmian berupa sertifikat.[32]
Berdasarkan monografis, luas keseluruhan dari SDN Embung Belek 2.800 M2. Sekolah ini terletak di sebelah utara Kecamatan Batukliang, bersebelahan dengan Kecamatan Batukliang Utara di Jalan Lintas Aik Bukaq KM 2 dari Ibu Kota Kecamatan Batukliang .
Sedangkan batas-batas wilayah SDN Embung Belek ini, adalah:
1.  Sebelah utara berbatasan dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Selebuh;
2.  Sebelah selatan berbatasan dengan Kantor Desa Selebung;
3.  Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya menuju Aik Bukaq; dan
4.  Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman warga.
(Observasi, 17 Juni 2008).
Dari segi jumlah siswa, sekolah ini cenderung mengalami peningkatan, hal ini setidaknya dapat dilihat dari jumlah penerimaan siswa baru dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Data dokumentasi menunjukkan jumlah siswa sekolah dari tahun 2005-2007 berjumlah 658 orang siswa, sebagaiman ditunjukkan pada tabel I dan II.
Tabel 1:
Jumlah Siswa SDN Embung Belek dari Tahun 2005 sampai 2007.
No
Tahun
Jumlah Siswa-siswi
1
2005
214 orang
2
2006
214 orang
3
2007
230 orang

Jumlah
658 orang
Observasi data: Lapor bulanan (Observasi, tanggal, 17 Juni 2008.
Tabel II:
Jumlah Siswa Baru yang diterima di Kelas I dari tahun 2005 sampai dengan 2007
No
Tahun
Jumlah Murid
Laki-laki
Perempuan
1
2005
30 orang
15 orang
15 orang
2
2006
38 orang
18 orang
20 orang
3
2007
42 orang
20 orang
22 orang
Jumlah
53 orang
57 orang
Jumlah Keseluruhan
110 orang
Observasi data: Lapor bulanan (Observasi, tanggal, 17 Juni 2008.
Sedangkan sarana atau media yang biasanya dipakai sebagai sarana penunjang dalam proses belajar mengajar di SDN Embung Belek Kecamatan Praya Tengah ini dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel III:
Keadaan Sarana dan Prasarana
No
Jenis Barang/Ruangan
Jumlah
Keterangan
1
Ruang kepala sekolah
1 lokal
Baik
2
Ruang guru
1 lokal
Baik
3
Ruang belajar
6 lokal
Baik
4
Ruang kelas
6 lokal
Baik
5
Ruang perpustakaan
1 lokal
Baik
6
Ruang UKS
1 lokal
Baik
7
Mushalla
1 lokal
Baik
8
Mesin ketik
1 buah
Baik
9
Lapangan
1 buah
Baik
10
Tape recorder
1 buah
Baik
11
Ruang pramuka
1 lokal
Baik
Sumber data: Papan data keadaan sarana dan prasarana dan lapor bulanan (observasi tanggal, 29 Mei 2008).
Tabel IV:
Keadaan Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Proses Belajar Mengajar SDN Embung Belek
No
Jenis Barang
Jumlah
Keterangan
1
Kursi
150 buah
Baik
2
Meja
136 buah
Baik
3
Papan tulis
6 buah
Baik
4
Absen siswa
6 buah
Baik
5
Absensi guru
1 buah
Baik
6
Peta dunia
4 buah
Baik
7
Almari
12 buah
Baik
8
Meja, kursi guru
15 buah
Baik
9
Mikroskop
1 buah
Baik
10
Rangka manusia
1 buah
Baik
11
Globe
10 buah
Baik
12
Majalah dinding
1 buah
Baik
13
Papan pengumuman
1 buah
Baik
14
Lemari perpustakaan
3 buah
Baik
15
Lemari arsip
1 buah
Baik
16
Kursi tamu
1 set
Baik
17
Katalog perpustakaan
1 buah
Baik
18
Piala penghargaan
8 buah
Baik
19
Mesin stensil
1 buah
Baik
20
Gambar presiden
10 buah
Baik
21
Gambar hiasan dinding
10 buah
Baik
22
Papan visi misi
1 buah
Baik
23
Gambar garuda
10 buah
Baik
24
Alat musik
2 buah
Baik
sumber data: Papan data keadaan fasilitas SDN Embung Belek (observasi tanggal, 1 Juni 2008).

Berdasarkan data dokumentasi di atas, dapat dijelaskan sarana dan media penunjang proses pembelajaran SDN Embung Belek memadai. Semua sarana yang ada secara kualtatif berada dalam kondisi baik dan siap pakai. Demikian pula secara kuantitatif memadai baik sarana ruang belajar, kantor, dan sarna/perangkat pembelajaran bila dibandingkan dengan jumlah guru dan murid.
Khusus media dan sarasna yang dipakai dalam kegiatan belajar PAI di sekolah ini, terbilang memiliki media dan sarana pembelajaran yang memadai, baik dari segi kondisi maupun jumlah yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran PAI secara efektif, sebagaimana ditunjukkan dalam data dokumen pada tabel V berikut.







Tabel V
Keadaan Saran Prasarana Penunjang (Media yang dipakai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
No
Nama Barang/Media PAI
Jumlah
Keterangan
1
Kitab suci al-Qur’an


2
Ruang solat/Mushalla


3
Papan tulis


4
Buku paket PAI


5
Bangku/meja praktek sholat


6
Perpustakaan


7
Gambar orang shalat


8
Gambar praktek orang wudhu


9
Gambar orang sedang haji


10
Pengeras suara


Sumber data: Bapak Sabaruddin, A.Ma (guru kelas dan bagian perlengkapan SDN Embung Belek. (observasi tanggal, 28 Mei 2008).

Sedangkan tenaga kependidikan dalam menunjang proses pembelajaran yang dimiliki SDN Embung Belek ini berjumlah .....orang. keseluruhan tenaga telah memiliki kualifikasi yang relevan dengan tingkat dan latar pendidikan. Tenaga kependidikan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua tenaga kependidikan dengan kualifikasi guru negeri sebanyak ....orang dan Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak....orang. lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel VI mengenai keadaan guru berikut:
Tabel VI:
Keadaan Guru SDN Embung Belek
No
Nama/NIP
Gol
Jabatan
Stapeg
Mapel




PN





GTT

Sumber data: Papan data dan lapor bulanan SDN Embung Belek (observasi tanggal, 13 Juni 2008).

            Pemanfaatan Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV dalam Proses Belajar SDN Embung Belek
Kegiatan belajar mengajar di SDN Embung Belek Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah dilaksanakan pada pagi hari mulai dari jam 07.30 sampai dengan 01.30 wita, kecuali hari Jum’at. Bila dikalkulasikan jumlah jam belajar dalam satu minggu berjumlah 330 jam pelajaran, dengan perhitungan satu jam pelajaran 35 menit (observasi lapangan bersama guru kelas I, tanggal 12 Juni 2008).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajran Pendidikan Agama Islam pada tanggal 12 Juni 2008, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam disesuaikan dengan kurikulum KTSP yang ada, berpedoman pada buku-buku yang bersumber dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan dari sekolah itu sendiri. Dalam setiap pembahasan dicantumkan alokasi waktu. Demikian pula pada bahan atau subpokokbahasan dicantumkan pula bahan atau materi ajar dari setiap pokok atau subpokok bahasan tersebut (buku pedoman KTSP).
Alokasi waktu untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah empat jam pelajaran dalam satu minggu untuk setiap kelas. Alokasi waktu yang disediakan memadai sebagaimana diungkapkan Bapa Rusdin, A.Ma. Pd. pada wawancara tanggal, 15 Juni 2008, antara lain:
Waktu yang disediakan untuk pelajran Agama di sekolah ini sudah cukup dengan empat jam pelajaran, bisa kita siasati dengan membaginya dengan bagian. Dua jam pelajaran untuk menyampaikan konsep-konsep yang harus dikuasai anak dan selebihnya untuk praktek. Dengan cara ini kita bisa mengefektifkan pembelajaran sekaligus untuk membuat anak-anak tidak cepat bosan dalam belajar. (Wawancara tanggal, 15 Juni 2008).

Dari hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam seringkali dilakukan di luar alokasi waktu yang telah ditentukan yaitu dengan memanfaatkan waktu sore. Pada waktu ini anak-anak diberikantambahan waktu belajar terutama untuk mengajarkan baca tulis al-Qur’an dan praktek-praktek ibadah yang penting dan utama dan dapat dikuasai oleh anak, misalnya praktek shalat, thaharah (bersuci) dan sebaginya.
Khususnya dalam pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV yang menjadi fokus obyek penelitian ini, peneliti menemukan guru agama melaksanakan pembelajaran menggunakan beberapa metode, di antaranya: metode tanya jawab, metode ceramah, metode demontrasi, metode pemberian tugas, dan metode umpan balik.
Mengenai penggunaan beberapa metode tersebut, Bapak Rusdin, A.Ma. Pd, mengatakan:
“Saya menggunakan metode-metode tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan demi kelancaran proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Di samping juga materi yang ingin disampaikan. Bila kita tidak menggunakan metode tidak dengan pertimbangan tersebut, maka di samping hasilnya tidak baik, anak-anak juga akan jenuh dan bosan. Bila mereka bosan maka tingkat partisipasi belajarnya bisa menurun. [33]

Dengan demikian perkembangan penggunaan metode yang berbeda-beda di atas adalah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif, menyenangkan anak/siswa, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang dituntut kurikulum.
Di samping menggunakan metode yang relevan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mencapai tujuan yang efektif, guru agama bersangkutan juga memanfaatkan media pembelajaran yang ada. Menurut Bapak lalu Lebar, A.Ma.Pd, mengungkapkan:
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang efektif tidak bisa hanya mengandalkan metode saja, tetapi juga harus didukung dengan penggunaan media pembelajarn pendukung. Kalau kita cerahah saja misalnya tentang praktek shalat kepada anak, anak akan bingung dan cenderung tidak memperhatikan. Berbeda bila kita menghadirkan media berupa gambar praktek shalat atau CD praktek shalat yang diputar di depan anak. Dengan demikian, kita menggunakan media akan menjadi penting untuk membuat anak semakin jelas dan kita mengajar juga tidak capek dan bosan karena kita dapat melakukannya dengan simpel (sederhana) dengan bantuan media.[34]

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media pembelajaran dimaksudkan untuk menunjang metode yang digunakan dengan maksud: (1) lebih memudahkan anak menerima pelajaran, (2) menyederhanakan proses pembelajaran yang kompleks sehingga tidak menyulitkan guru.
Menurut bapak Rusdin, A.Ma.Pd, di samping untuk maksud tersebut, penggunaan media dimaksudkan untuk:
Saya kira apa yang telah diungkapkan oleh rekan saya (Lalu Lebar, A.Ma.Pd) sudah tepat. Menurut saya pribadi di samping untuk tujuan tersebut juga dimaksudkan untuk mewakili apa yang tidak dapat kita sampaikan dengan penjelasan berupa kata-kata yaitu mengkonkritkan apa yang abstrak. Dalam hal ini tentu saja kita harus selektif memilih media yang sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran yang ingin kita capai.[35]

Apa yang diungkapkan responden di atas adalah tujuan penggunaan media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, di samping apa yang telah dirangkum di atas adalah untuk mengkonkritkan materi-materi yang abstrak dan tidak cukup dengan penjelasan lisan. Dalam kontek memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus disertai dengan sikap selektif menyesuaikannya dengan isi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Berdasarkan pengamatan peneliti menunjukkan bahwa guru Agama Islam dalam melaksanakan pembelajaran yang ditunjang dengan penggunaan media pembelajaran telah dapat membangkitkan gairah siswa mengikuti pembelajaran dan fokus pada apa yang disampaikan. Mengenai hal ini Bapak Lalu Lebar, A.Ma.Pd. mengungkapkan:
Setiap mengajar, saya selalu memanfaatkan media baik yang ada di sekolah atau saya buat sendiri. Dengan menggunakan media pembelajaran maka proses pembelajaan menjadi lancar, anak-anak dengan mudah dapat ditangani selama proses pembelajran dan mereka juga lebih fokus pada apa yang saya sampaikan. Hasil dari proses pembelajaran lebih efektif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan prestasi belajar agama yang rata-rata baik, termasuk kemampuan membaca tulis al-Qur’an anak.[36]

Dari hasil observasi dan wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam memberikan dampak positif dan efektif berupa: (1) peningkatan gairah siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2) membuat siswa fokus pada materi yang disampaikan; (3) mempermudah guru dalam mengelola kelas selama proses pembelajaran berlangsung; dan (4) secara tidak langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
            Penggunaan Media Pembelajaan dalam Menunjang Prestasi Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV di SDN Embung Belek Kecamatan Praya Tengah.
Sebagaiman diungkapkan dari hasil temuan penelitian di mana seluruhnya bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Karenanya penggunaan media harus senantiasa mendapatkan perhatian dan diefektifkan. Mengenai hal ini Kepala SDN Embung Belek dalam wawancara tanggal, 20 Juni 2008 menjelaskan:
Secara teoritis maupun praktek penggunaan media pembelajaran akan berhubungan dengan penggunaan media yang efektif, dan ini tidak saja pada mata pelajaran PAI tetapi semua pelajaran. Dalam kontek ini kita selalu mendukung dan menganjurkan guru tidak saja terpaku pada sekolah saja yang menyediakan seluruh kebutuhan media penunjang tetapi mau berkreativitas membuat sendiri media-media yang sederhana dengan memanfaatkan potensi sekitar. Ini lebih efetif ketimbang misalnya menggunakan media yang canggih tetapi guru sendiri tidak dapat menggunakannya secara baik.[37]

Dari hasil wawancara tersebut Kepala Sekolah mernyarankan secara tidak langsung penggunaan media pembelajaran yang efektif meningkatkan prestasi harus didasarkan pada pilihan media yang familiar dengan guru,, artinya sederhana dan dapat dioperasikan dengan mudah oleh yang bersangkutan.
Penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa harus didasarkan pada pertimbangan dan pengetahuan dari keterampilan guru membuat, menggunakan, dan menilai keefektifannya.
Dari hasil pengamatan peneliti mewujudkan bahwa guru agama telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) media-media yang umumnya digunakan guru adalah media yang lazim diketahui, digunakan dan disediakan oleh sekolah; (2) media-media yang digunakan guru di luar yang disediakan sekolah adalah media yang dibuat sendiri oleh guru, baik dalam bentuk gambar maupun kegiatan yang direkayasa; dan (3) guru agama belum menggunakan media-media pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang terbilang canggih misalnya penggunaan multimedia yang berbasis komputer.
Meskipun media-media pembelajaran yang digunakan sederhana tetapi terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat ditunjukkan oleh rata-rata nilai siswa dan kemampuan yang ditunjukkan misalnya dalam hal kemampuan tulis baca al-Qur’an maupun praktek ibadah, thaharah, dan sebagainya. Berkaitan dengan hasil ini kepala sekolah dan guru PAI melakukan beberapa terobosan yang fokus pada upaya mewujudkan dan peningkatan prestasi anak dalam belajar.
            Pembahasan
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang kompleks melibatkan siswa, guru, metode, sumber, media, dan tujuan secara terpadu. Dalam konteks penggunaan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada SDN Embung Belek telah dapat memanfaatkannya secara efektif. Hal ini dapat ditunjukkan oleh beberapa indikasi: (1) pemanfaatan media telah menunjang metode yang digunakan guru; (2) pemanfaatan media telah memudahkan anak menerima pelajran; dan (3) dapat menyederahanakan proses pembelajaran yang kompleks dan mengkonkritkan materi yang abstrak.
Dengan demikian pemanfaatan media pembelajaran yang telah dilakukan guru agama di SDN Embung Belek kecamatan Praya Tengah telah memenuhi apa yang disarankan37, dan mengenai kegunaan media dan fungsi pembelajaran. Pemanfaatan media telah mengefektifkan pembelajaran sehingga mempermudah siswa menerima pelajaran, memahami konsep yang abstrak dan menderhanakan pembelajaran yang konpleks.[38]
Keefektifan penggunaan media dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Embung Belek antar lain ditunjukkan oleh gairah siswa mengikuti pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran siswa menjadi lebih fokus.
Ini memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Khususnya dalam hal prestasi pembelajaran, menggunakan media yang disediakan oleh guru hal ini telah terbukti meningkatkan prestasi belajar siswa seiring dengan meningkatnya kualitas pembelajaran yang dilakukan guru agama bersangkutan.
Efektivitas penggunaan media dalam meningkatkan prestasi belajar dimaksud telah relevan dengan apa yang diungkap Hamalik. Menurut Hamalik, tujuan pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar setelah terpenuhinya fungsi media pembelajaran, diantaranya: untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif, mencapai tujuan, mempertinggi mutu pembelajaran[39]. Hal ini karena penggunaan media adalah bagian integral dalam sistem pembelajaran.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penggunaan media pembelajaran dalam menunjang prestasi siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Embung Belek Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah dapat disimpulkan:
1.      Pemanfaatan media pembelajaran pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Embung Belek telah dapat memenuhi fungsi pemanfaatan media dalam pembelajaran sehingga menunjang metode yang digunakan guru dan dapat membantu anak memahami konsep yang disampaikan
2.      Penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Embung Belek telah dapat menunjang prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena menggunakan media meningkatkan mutu proses atau hasil pembelajaran.
5.2 Saran-saran
Berangkat dari simpulan di atas, maka berikut ini penulis mengemukakan beberapa butir saran, yaitu:
  1. Dengan penggunaan media pembelajaran, proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik, perlu membutuhkan situasi yang kondusif, sehingga guru tidak kelelahan dalam menyampaikan materi pelajaran dan siswa tidak merasa terkesan jenuh dan cepat bosan, artinya dalam proses interaksi itu sendiri tercipta saling menghargai dengan baik.
  2. Penggunaan media pembelajaran adalah salahsatu alternatif yang baik bagi seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran.
  3. Dalam proses belajar-mengajar penggunaan media pembelajaran harus diterapkan penggunaannya sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan karena dengan bantuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaan itu sendiri akan berperan dan berfungsi sebagai penunjang kualitas hasil belalar. Secara tidak langsung tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan bisa tercapai dengan baik dan tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aref, S. Sadiman (dkk), 2003. Media Pendidikan (pengetian, perkembangan, dan pemanfaatannya), PT. Raja Grafindo Persada.
Azhar Arsyad, 2002. Media Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Azwan Zain, dan Syaiful Bahri Djamarah, 2004, Strategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Margono, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Muhtar, 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, CV. Misaka Galiza, Jakarta.
nANA Sudjana, dan Ahmad Rifa’i 2002. Media Pengajaran, Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Nasution, S. Kurikulum dan Pengajaran, 1999. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Nur Uhbiyati, 1999. Ilmu Pendidikan Islam, CV. Pustaka Setia, Bandung.
Oemar Hamalik, 1994. Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi, Trigenda Karya, Jakarta.
Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sunmandi Surya Barata, 2003. Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Winkle, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Sanata Darma, Yogyakarta.
Zaenal Aqib, 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, PT. Insan Cendikia, Surabaya.
Zuhairini, Dkk, 1997. Sejarah Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara bekerjasama dengan DEPAG, Jakarta.

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH

SURAT IZIN

SURAT KETERANGAN PENELITIAN




[1] Sadiman dkk, Media Pendidikan (pengetian, perkembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada 2003: hal. 1-2.

[2] Sadiman dkk, Media Pendidikan (pengertian, perkembagnan, dan pemanfaatannya). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2003. hal.6
[3] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta. Trigenda Karya. 1994. hyal. 99
[4] Roestiyah. Perencanaan Pengembangan Media  Pembelajaran. Jakarta. Rosdakarya, 1991. hal. 49

[5] Sadiman dkk, Media Pendidikan (pengertian, perkembangan, dan pemanfatannya). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada 2003. hal.6
[6] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta. Trigenda Karya. 1994. hal. 99
[7] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2002. hal.3.
[8] Sadiman dkk. Media Pendidikan (pengertian, perkembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta. PT. Raja Grafinso Persada 2003. hal.6
[9] Sadiman dkk. Media Pendidikan (pengertian, perkembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta. PT. Raja Grafinso Persada 2003. hal.24.
[10] Sadiman dkk. Media Pendidikan (pengetian, perkembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2003. hal. 74.
[11] Nana Sudjana, dan Ahmad Rifa’i. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2002. hal. 1-2.
[12] Sadiman dkk, Media Pendidikan (pengetian, perkembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada 2003: hal. 74.
[13] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta : Trigenda Karya. 1994. hal. 99-100.
[14] Oemar Hamalik. Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta: Trigenda Karya. 1994. hal. 101
[15] Sadiman dkk. Media Pendidikan (pengertian, perkembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta PT. Raja Grafindo Persada 1994. hal.83.
[16] Nana Sudjana, dan Ahmad Rifa’i. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2002. hal. 4-5.
[17] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran di Perguruan Tinggi. Jakarta: Trigenda Karya. 1994. hal. 101
[18] Muhtar. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta. CV. Misaka Galiza. 2003. hal. 103
[19] Muhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV. Misaka Galiza. 2003. hal. 103
[20] Sumardi Surya Brata. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. hal. 76
[21] Bogdan dan Taylor dalam Moleong. Jakarta. 2002. hal. 3.
[22] Moleong. Metodologi Penelitian Deskriptif. Jakarta: Rosda Karya. 2004 : hal.5.
[23] Riyanto. Pembelajaran Media Pembelajaran. Jakarta. 1998. hal. 63.
[24] Sugiyono. Jakarta. 2002. hal. 48
[25] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek). Jakarta : PT. Rineka Cipta. 1998. hal. 114.
[26] Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. 2004. hal. 162.
[27] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998. hal. 145.
[28] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1998. hal. 117.

[29] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) Jakarta Rineka Cipta, 1998, hal. 236.
[30] Dalton dan Meoleong. Jakarta. 2002. hal. 108.
[31] Moleong, Jakarta 2002. hal. 171.
[32] Hasil wawancara dari Ketua Komite SDN Embung Belek pada tanggal, 15 Juni 2008.
[33] Wawancara tanggal, 15 Juni 2008 bersama Bapak Rusdin, A.Ma.Pd. Guru Kelas PAI
[34] Wawancara tanggal 15 Juni 2008 bersama Bapak Rusdin, A.Ma.Pd guru kelas PAI
[35] Wawancara tanggal 15 Juni 2008 bersama Bapak Rusdin, A.Ma.Pd guru kelas PAI
[36] Wawancara tanggal 20 Juni bersama Lalu Lebar, A.Ma.Pd.
[37] Wawancara tanggal 20 Juni 2008 bersama Kepala SDN Embung Belek.
[38] Nana Sudjana, dan Ahmad Rifa’I, Media Pengajarn. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002. hal.2-3.
[39] Sadiman dkk. Media Pendidikan (pengertian, perkembangan, dan pemanfataatanya). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. hal. 16

0 komentar:

Posting Komentar